saudara terima dan lakukan, adalah kunci daripada segala
macam, artinya kunci hidup manusia. Justru itulah, saudara,
yang dicari manusia, yang dicari oleh banyak manusia sehingga
mereka mengutamakan mencari Tuhan daripada mencari
dunia; mereka mengutamakan menyepikan di gunung, di tepi
samudra, di dalam rimba, daripada mereka berada di tengah-
tengah keluarganya, daripada mereka bekerja, daripada mereka
senang-senang.
Demikian saudara, sebenarnya sama, itulah yang dicari
manusia. Saudara tentunya belum sampai, belum menduga
sampai sejauh itu karena saudara belum sampai pada tingkatan
yang dapat mengetahui seluk-beluk kejiwaan.
Sebenarnya yang
dicari orang-orang, yang selalu zikir, tafakur, yang selalu diam,
mengurangi makan dan tidur, itu, ialah kunci, kunci hidup
manusia, ya gerakan manusia di dalam dirinya. Dan mereka
malahan belum sampai menemukan itu.
Maka bagi saudara sekalian atau bagi kita, adalah sebenarnya
sesuatu kemurahan atau kebahagiaan yang tak terhingga
batasnya kita dapat menemukan itu. Ya sudah tentu saja saudara
sekalian, saudara tidak akan dapat selekas mungkin mencapai
apa yang telah diharapkan, yaitu lantas tahu bagaimana seluk-
beluk kejiwaan. Dan saudara jangan menduga, bahwa apakah
hanya sampai gerak-gerak begitu saja, itu kejiwaan Subud.
Apakah hanya sampai bisa menangis, bisa ketawa saja itu, apa
hanya bisa begini, begini saja, itu; tidak saudara, belum apa-
apa saudara. Itu baru gerak badan kita yang kasar, baru gerak
kaki dan tangan dan mulut, belum digerakkan isinya daripada
segala anggota kita, sehingga kita dapat melihat terpisah antara aku melihat yang terpengaruh dunia, aku melihat yang tidak
terpengaruh dunia. Demikian juga dengan lain-lain anggota,
seperti telah Bapak tadi katakan.
(Cuplikan, Bapak Talks)
WOLFSBURG
21 AGUSTUS 1964
samudra, di dalam rimba, daripada mereka berada di tengah-
tengah keluarganya, daripada mereka bekerja, daripada mereka
senang-senang.
Demikian saudara, sebenarnya sama, itulah yang dicari
manusia. Saudara tentunya belum sampai, belum menduga
sampai sejauh itu karena saudara belum sampai pada tingkatan
yang dapat mengetahui seluk-beluk kejiwaan.
Sebenarnya yang
dicari orang-orang, yang selalu zikir, tafakur, yang selalu diam,
mengurangi makan dan tidur, itu, ialah kunci, kunci hidup
manusia, ya gerakan manusia di dalam dirinya. Dan mereka
malahan belum sampai menemukan itu.
Maka bagi saudara sekalian atau bagi kita, adalah sebenarnya
sesuatu kemurahan atau kebahagiaan yang tak terhingga
batasnya kita dapat menemukan itu. Ya sudah tentu saja saudara
sekalian, saudara tidak akan dapat selekas mungkin mencapai
apa yang telah diharapkan, yaitu lantas tahu bagaimana seluk-
beluk kejiwaan. Dan saudara jangan menduga, bahwa apakah
hanya sampai gerak-gerak begitu saja, itu kejiwaan Subud.
Apakah hanya sampai bisa menangis, bisa ketawa saja itu, apa
hanya bisa begini, begini saja, itu; tidak saudara, belum apa-
apa saudara. Itu baru gerak badan kita yang kasar, baru gerak
kaki dan tangan dan mulut, belum digerakkan isinya daripada
segala anggota kita, sehingga kita dapat melihat terpisah antara aku melihat yang terpengaruh dunia, aku melihat yang tidak
terpengaruh dunia. Demikian juga dengan lain-lain anggota,
seperti telah Bapak tadi katakan.
(Cuplikan, Bapak Talks)
WOLFSBURG
21 AGUSTUS 1964
No comments:
Post a Comment