Friday, August 31, 2012

Bapak Talks 64

Bapak: Sebenarnya ini sudah selalu Bapak katakan dalam talk.
Bahwa Latihan Kejiwaan ini adalah latihan yang datang dari kekuasaan Tuhan pada setiap pengaruh nafsu yang bersarang dalam hati dan otak manusia tidak bekerja. Dengan demikian sehingga perkembangan dan kemajuan Latihan yang diterima, tidak tergantung pada pengetahuan, tidak tergantung pada
kepandaian, tidak tergantung pada pengalaman otak yang telah lama dialami. Malahan diperlukan sekali, agar pengalaman-
pengalaman yang telah diterima sebelum masuk Subud atau sebelum menerima Latihan Kejiwaan ini, dibuang jauh-jauh,
disingkirkan jauh-jauh, dikosongkan jauh-jauh. Jadi yang menyebabkan hingga kemajuan dalam Latihan ini terhambat, bukannya karena ada cacat dalam pancainderanya dan juga
tidak sebab kurangnya kennis2, tetapi karena justru banyak kennis yang diterima, sehingga malah menjadi penghalang bagi kemajuan jiwa maupun perkembangannya.

Sebagaimana saudara tahu, bahwa gerak-gerak yang
diterima, itu sebenarnya merupakan pembersihan. Jadi, gerak itu adalah gerak untuk membuang kekotoran dan kesalahan yang ada di dalamnya. Dan itu dibutuhkan sekali, karena memang dengan gerak itu, agar terlepas. Demikian juga halnya dengan sifat benda. Benda itu tidak akan bersih, menjadi bersih dan kekotoran di dalamnya tidak akan dapat keluar dan juga tidak akan dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, misalnya … umpama saja tanah: di dalam tanah ada besinya; di
dalam tanah ada emasnya; di.dalam tanah ada peraknya dan ada lain-lain mijnen3, itu kalau tidak dibersihkan, tidak digerakkan
secara di- analiseer4, mungkin tidak bisa dapat diketahui mana yang sebenarnya tanah dan mana pula yang sebenarnya besi
dan emas dan perak dan lain-lainnya.
Demikian juga halnya dengan kejiwaan, dengan rasa diri.
Rasa diri perlu dibersihkan, perlu dipisahkan, agar mana yang ini, mana yang itu. Sehingga saudara nanti dapat merasakan:
inilah yang baik, inilah yang tidak. Lha, karena soal kejiwaan itu adalah soal Tuhan, hanya Tuhan yang dapat mengerjakan itu. Karena perubahan, pergantian jiwa dari yang tidak baik jadi baik; dari yang kecil jadi besar; dari yang sempit menjadi luas, itu menghendaki kematian. Sudah tentu, apabila saudara
kerjakan sendiri, saudara dapat mati, tetapi malah tidak dapat apa-apa. Sedangkan dikerjakan oleh Tuhan, tidak demikian.
Tuhan dapat, karena Tuhan Maha Kuasa, sehingga dapat
merubah jiwa manusia, sedangkan manusia masih hidup.
Itulah bedanya dengan pekerjaan manusia yang Bapak katakan tadi seperti memisahkan antara tanahnya, besinya, emasnya, perak dan lain-lainnya. Jadi, dalam Latihan Kejiwaan yang saudara terima, sebenarnya itu adalah suatu analisa yang
dikerjakan oleh Tuhan sendiri, bukan oleh manusia.
Jadi, terangnya, tidak perlu dikuatirkan, saudara. Karena
rasa yang kuatir, pikiran yang bimbang, disebabkan karena belum dapat pegangan yang benar, dan belum terasa bagaimana pekerjaan yang di dalam. Malahan yang demikian itu membuntu
dan melambatkan jalannya pembersihan.

Demikian bukan jauh-jauh, sebagai contohnya Bapak sendiri. Telah Bapak seringkali mengatakan, bahwa Bapak tidak mempelajari soal itu. Tetapi hanya menyerah kepada Tuhan dengan kekosongan, percaya kepada kebesaran Tuhan, sehingga Bapak terima itu perpisahan-perpisahan yang bekerja dalam rasa diri. Dan Bapak terima dengan sungguh-sungguh dan menginsafi bagaimana jalannya daya ini dan jalannya daya itu. Dan juga bagaimana jalannya pikiran; pikiran atau otak yang digerakkan oleh kemauan, oleh nafsu; yang otak digerakkan tidak dengan nafsu. Sebagai contoh demikian telah Bapak alami. Maka Bapak percaya sekali, bahwa dengan kesabaran, dengan ketawakalan, dengan keikhlasan dan juga dengan penyerahan yang sebenar-
benarnya, saudara akan dapat menerima, meskipun tidak sejauh apa yang telah Bapak terima – umpamanya – akan dapat menerimanya ini. Dan ini telah dapat dibuktikan oleh di antara
– mungkin tidak salah satu – mungkin di antara para saudara yang ada di sini, telah dapat membuktikan itu.

(Cuplikan, Bapak Talks)
THE HAGUE
1 SEPTEMBER 1964

Bapak Talks 64

Pada hakikatnya, gerak yaitu Latihan Kejiwaan yang
saudara terima dan lakukan, adalah kunci daripada segala
macam, artinya kunci hidup manusia. Justru itulah, saudara,
yang dicari manusia, yang dicari oleh banyak manusia sehingga
mereka mengutamakan mencari Tuhan daripada mencari
dunia; mereka mengutamakan menyepikan di gunung, di tepi
samudra, di dalam rimba, daripada mereka berada di tengah-
tengah keluarganya, daripada mereka bekerja, daripada mereka
senang-senang.
Demikian saudara, sebenarnya sama, itulah yang dicari
manusia. Saudara tentunya belum sampai, belum menduga
sampai sejauh itu karena saudara belum sampai pada tingkatan
yang dapat mengetahui seluk-beluk kejiwaan.

Sebenarnya yang
dicari orang-orang, yang selalu zikir, tafakur, yang selalu diam,
mengurangi makan dan tidur, itu, ialah kunci, kunci hidup
manusia, ya gerakan manusia di dalam dirinya. Dan mereka
malahan belum sampai menemukan itu.
Maka bagi saudara sekalian atau bagi kita, adalah sebenarnya
sesuatu kemurahan atau kebahagiaan yang tak terhingga
batasnya kita dapat menemukan itu. Ya sudah tentu saja saudara
sekalian, saudara tidak akan dapat selekas mungkin mencapai
apa yang telah diharapkan, yaitu lantas tahu bagaimana seluk-
beluk kejiwaan. Dan saudara jangan menduga, bahwa apakah
hanya sampai gerak-gerak begitu saja, itu kejiwaan Subud.
Apakah hanya sampai bisa menangis, bisa ketawa saja itu, apa
hanya bisa begini, begini saja, itu; tidak saudara, belum apa-
apa saudara. Itu baru gerak badan kita yang kasar, baru gerak
kaki dan tangan dan mulut, belum digerakkan isinya daripada
segala anggota kita, sehingga kita dapat melihat terpisah antara aku melihat yang terpengaruh dunia, aku melihat yang tidak
terpengaruh dunia. Demikian juga dengan lain-lain anggota,
seperti telah Bapak tadi katakan.
(Cuplikan, Bapak Talks)
WOLFSBURG
21 AGUSTUS 1964

dari Ibu Rahayu


Bagaimana Membuat Latihan Menjadi Hidup.
Sampai sekarang ini saudara masih belum merasakan manfaat jalannya Latihan. Saudara hanya melakukan Latihan secara rutin, itu saja, dua atau tiga kali seminggu, tetapi tidak mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap bangun pagi, sebaiknya saudara membiasakan diri untuk berdoa dalam sikap Latihan dan merasakan hidupnya rasa diri saudara. Biasanya akan menimbulkan gerakan, yang menghidupkan seluruh anggota tubuh dan pancaindra saudara. Saudara dapat melakukan Latihan seperti ini sekitar 15 menit.
Bapak ( melalui Ibu Rahayu) 5 oktober 1984.
Kalau malam sebelum tidur, biasakan berdoa sambil seperti kalau saudara akan melakukan Latihan, dengan tenang saja untuk 15 menit. Mohon Tuhan untuk memaafkan segala dosa dan kesalahan dan mohon bimbingan-Nya.
Surat Ibu Rahayu, 25 Agustus 1984.

Dari Hediya Hadijat


Arti
hakikat, ialah suatu tindakan, suatu gerak yang digerakkan
menurut kodrat Tuhan. Jadi gerak yang telah saudara terima,
adalah gerakan kodrat dari hidup. Itulah sebabnya maka dapat
dikatakan, gerak yang saudara terima dalam Latihan adalah
gerak yang menjelma dengan sendiri, yang tidak karena dicari,
yang tidak karena dipelajari, selain menyepikan, mengosongkan
dari pengaruh nafsu yang bersarang dalam hati dan akal atau
otak saudara sekalian.
Gerak-gerak itu kalau diterima di tangan, yang saudara biasa
mengatakan melambai-lambai tangan, meraba, menulis; kalau
di kaki, jalan, berlari, berjongkok dan lain-lain. Tetapi kalau
gerak itu telah menjelma dalam otak saudara, otak saudara
bangkit. Kebangkitan otak adalah pikiran dikatakan, sehingga
saudara dapat memikir dari kebangkitan otak yang dari kontak
kebesaran Tuhan itu, bisa memikir hal-hal di luar kebiasaan.
Demikian dalam hati saudara. Apabila gerak itu telah menjelma
dalam hati saudara, saudara akan memiliki hati nurani, yang
dikatakan ialah hati suci, yang diumpamakan sebagai seluas
samudra. Artinya serba, ya, serba baik. Suka memberi, suka
terima; suka terima, suka memberi. Sebagai contohnya ialah
Yesus Kristus, Yesus Kristus berhati maknawi, berarti hati yang
seluas samudra, sehingga. apa-apa baik dan tidak ada sesuatu
yang dirasa kuatir, dirasa bagaimana, kecuali menyerah kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan menyerah kepada takdir Tuhan
yang telah diberikan atau yang telah diterimanya.
Dari yang demikian itu saudara sekalian, justru lahirnya
kebudayaan, lahirnya seni, lahirnya kesenian. Jadi terangnya,
manusia, orang-orang yang hidup di zaman yang telah
lama lampau karena kurang nafsunya, karena tidak selalu
terpengaruh oleh nafsu, sehingga dapat dengan sendirinya
menemukan kontak dari kebesaran Tuhan, yang akhirnya
dapat menciptakan suatu kebudayaan, suatu kesenian. Jadi
terangnya saudara sekalian, saudara sekalian sebagai manusia
yang dikandidatkan, yang dicalonkan sebagai manusia yang
sungguh-sungguh berseni, apabila saudara dapat mencapai
yang demikian itu, tetapi karena memang itu telah ada dalam
diri saudara, kemungkinan ada, meskipun tidak setinggi apa
yang telah diterima oleh para seniman di zaman yang telah
lama lampau, tetapi akan menumbuhkan dan akan melahirkan
kesenian jiwa, kesenian hidup manusia.
Saudara-saudara sekalian, memang kesenian bagi manusia
tidak hanya diperlukan tetapi memang menjadi hak manusia,
sebagai makhluk yang utama. Dan dengan demikian, sehingga
saudara sekalian akan menjadi manusia yang sungguh-
sungguh berharga, karena saudara berseni. Bapak gambarkan
saja, umpama saudara dapat menerima kesenian dalam hal
menggambar, schilderen tetapi ada seni di dalam jiwa saudara,
sama-sama menggambar lain daripada yang lain, karena dalam
gambaran isi hidup, sehingga menarik perhatian pada siapa saja
yang melihatnya. Demikian juga andaikata saudara menerima
dalam membikin sesuatu, misalnya meja, kursi; sama-sama
meja dan kursi, bikinan saudara lain daripada yang lain, karena
meja yang telah saudara bikin, kursi yang telah saudara bikin,
berisi hidup di dalamnya sehingga menarik perhatian khalayak
ramai.
Dengan demikian, sehingga benar-benar bahwa apabila
saudara telah dapat memiliki kesenian manusia, maka saudara
akan menjadi manusia yang berharga dan itulah sebagai
harapan Tuhan kepada manusia agar manusia tahu hidupnya,
agar manusia tahu jalan hidupnya. Karena kalau manusia
dengan jalan hidupnya menurut kehendak Tuhan, manusia
akan bertindak, meskipun mengejar keuntungan, meskipun
mengejar kepangkatan, meskipun mengejar keuangan, pendek
kata mengejar kemuliaan, mengejar ketinggian segala macam
tetapi tidak akan meninggalkan hidup rukun di antara manusia,
sehingga keinginannya untuk mengejar sesuatu, tidak akan
menjauhi dan melupakan tindakan perikemanusiaan, sebagai
yang dikehendaki Tuhan pada manusia.

(Cuplikan, Bapak Talks)
WOLFSBURG
21 AGUSTUS 1964
Rekaman: 64 WOB 4
37-39

Dari David Michael


wah ini jikalau di kupas....sebenernya pesan...
David Michael31 Agustus 3:59
wah ini jikalau di kupas....sebenernya pesan bagi para pamong ini...
dr Sunan Kalijogo yah...ketika beliau menjadi Seh malaya (ahlinya perihal Ngelmu Praloyo/Kematian) sehabis ketemu Bagendha Kilir (Rajanya Rasa)....Lir-Ilir...lir -ilir....setelah lewat daya kebendaan itu dimana jiwa sudah mulai tumbuh,terasa meliputi bagaikan angin semilir...tidak lagi diam statis,sklpun baru bergerak ke atas...belum bergerak seluruh penjuru arah,tp itu awal dr kebhaktian yg sungguh kepada Tuhan...Nabatiyah...spt Sabda Rama Subuh..."Nabi2 dr kata Nabatiyah,nak"..iya,itu awal dr mijilnya pribadi pamomong..mulai berasa kayungyun...kepada bhaktinya...spt penganten baru hehehe.....dan jgn lupa utk memanjat pohon blimbing katanya...iya jgn lupa utk kembali mencari titik apinya....petik itu blimbing (yg spt bintang bersudut lima jikalau di "belah") yaitu Ruh Idlofi...Ratuning nyawa sakalir...Latihan dan Ceramah YM Bapak.....utk membersihkan pribadi yg usang warisan cangkok dr masa silam...bersama Bulan Purnama (mumpung jembar kalangane..padhang rembulane) ketika YM Ibu masih hadir bersama kita sebagai manusia....jgn disia2kan kesempatan itu...

Monday, August 27, 2012

ILIR ILIR . . . ILIR ILIR


lir ilir . . lir ilir
telah tumbuh tanamanmu,
hijau hijau semilir,
sudah datang penganten baru.
anak anak gembala,
memanjat pohon belimbing,
licin ber lingir lingir,
berlengkai ramping di gunungnya,
berceruk relung di jurangnya.

turun naik anak anak gembala,
dipohon belimbing lima berlingir.
Panjat panjatlah belimbing itu,
jangan kau takut licin pinggirnya,
belimbing muda lima lingir nya,
mencuci putih noda sarungmu.

Lir ilir . . lir ilir ,
sarungmu sobek semilir,
jahitkan pada bulan berjarum lima,
lima lingir buah belimbing,
airnya mencuci lima indra mu,
dadamu tertusuk jarum jarum bulan,
busanamu berlobang menyongsong senja.

Lir ilir lir ilir,
lihatlah sedang bundar bulannya ,
sedang luas kalangannya,
jangan kau lupa anak anak gembala,
bersorak riang bersama Bulan Purnama.

dari David Michael



David Michael27 Agustus 11:12
Manikmoyo itu bhatoro guru itu perlambang angan2 berikut isinya spt akal pamikir,nalar dsbnya......maya..pengakuan...dudu AKU....,dimana jikalau akal pikiran dipakai utk menuntuni rasa,jadinya yah spt itu,serba berlebih2an (tangannya 4,gigi bertaring),tidak bisa "mlaku rasa"nya tetapi nglanglang jagad pikiran angannya (kakinya bathara guru itu lempoh...Lumpuh hangideri jagad)....grusa-grusu,iya spt dalam kisah lahirnya BHatoro Kolo akibat dr kama salahnya bhatoro guru yg tidak sabaran ketika hendak melakukan Ulah Asmara dgn Bhatari Uma ketika mereka berdua sedang melanglang jagad di atas sapi andiri...rajanya dewapun terkadang masih berperilaku tidak pantas hahaha..iya spt buto raksasa...sebagi pertanda,masih ciptaan...belum KHALIK.....dan yg bisa meruwat Kama-Kama Salah itu hanya Dalang Kandhabuwono....titis dr Bhatoro Wisnu...yah wisnu,sklpun garis turunan dr kadewatan...tp yah Wis Nunggal dgn Kuasa Penciptanya...krnya sadar,sklpun dew ayah tetap saja skdr Dumadi....ada yg menjadikannya.... dan menjadi sebab akan asal mula adanya .....

Hayu.
Kiriman Asli

Sunday, August 26, 2012

dari rekan Anto D


“Berhentilah berpikir mengenai keterbatasan Anda dan mulai berpikir tentang segala kemungkinan.”
—Terry Josephson


Delapan tahun yang lalu, bos saya, seorang pengusaha periklanan yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur, yang sedang dirundung masalah penipuan ratusan juta rupiah yang diperbuat sejumlah orang—dengan berbagai kepentingan—atas dirinya, berkeluh-kesah ke saya. Dengan sengit dan bernada sinis, pemilik beberapa perusahaan yang sudah haji itu berujar ke saya, “Menurut Qur’an, Allah tidak akan menguji kita melampaui batas kemampuan kita. Lha, ujian ini, To, sudah melampaui batas kemampuanku tapi kok ya Allah masih aja mengujiku. Yang tau batas kemampuan kita kan kita sendiri, ya kan, To?!"

Saat itu, saya, yang duduk berhadap-hadapan dengan beliau di meja di ruang kerjanya yang luas dan nyaman di kantor sebuah biro iklan papan atas di Surabaya, sebenarnya punya pertanyaan yang sama: Sampai di mana batas kemampuan kita dalam menerima ujian hidup? Siapa yang sesungguhnya mengerti batas itu?

“Maaf, Pak, saya benar-benar nggak tahu jawaban atas pertanyaan Bapak barusan. Yang saya tahu, lantaran demikian disebutkan dalam Qur’an, Allah tidak pernah menyiksa hambaNya, melainkan hambaNya menganiaya dirinya sendiri,” kata saya sambil memutar otak, meraba-raba jawaban yang tepat atas pertanyaan bos saya tentang batas kemampuan manusia dalam menghadapi ujian hidup. Barangkali, di situlah batas kemampuan berpikir saya.

Ternyata itu adalah perkiraan yang terlalu dini—jika tidak bisa dikatakan sebagai “mendahului kehendak Tuhan”. Baik secara retrospektif maupun introspektif, berdasarkan pengalaman pribadi yang sudah maupun sedang saya lalui, ternyata kita tidak menyadari kemampuan kita yang sesungguhnya! Alam sudah membekali kita dengan berbagai potensi tanpa batas. Infinitas (ketakberhinggaan) inilah yang selalu saja membuat pikiran kita yang terbatas tak menyadari betapa tak terbatasnya kemampuan kita sesungguhnya. Kita tidak percaya diri, tidak mengenal diri kita yang sejati, serta menilai diri kita kelewat rendah, sehingga tanpa sadar kita mendegradasi ciptaan Tuhan yang sejatinya tidak bercacat.

Setiap manusia, paling tidak sekali dalam hidupnya, pernah berhadapan dengan kenyataan dari kemampuan pribadi yang ia tak sangka bahwa ia memilikinya. Beberapa tahun yang lalu, saya pernah didaulat untuk memberikan ceramah dalam sebuah majelis taklim ibu-ibu—sebuah kelompok pengajian yang saya sendiri belum pernah menghadirinya. Saya sendiri heran, kenapakok saya yang diminta, sementara secara lahir saja saya tidak punya tampang ustad atau orang yang berkompeten untuk menyampaikan ajaran agama Islam.  Tetapi, tidak ada titik balik; saya sudah telanjur berada di hadapan lima puluhan ibu-ibu yang mengharapkan pencerahan relijius dari saya. Sebelum saya mulai buka mulut, saya menenangkan diri, memohon kepada Tuhan agar diberi tuntunan.

Yang terjadi kemudian adalah kenyataan yang berada di luar jangkauan pikiran saya. Saya berceramah dengan lancar dan mudah, menyampaikan mutiara-mutiara hikmah tentang kehidupan yang Islami, lengkap dengan tuturan yang fasih tentang muatan Al Qur’an dan Hadis, sampai para peserta majelis taklim tersebut tidak berhenti memanggil saya “Pak Ustad”, meski saya berulang kali mengingatkan mereka bahwa saya bukan ustad.

Kejadian-kejadian semacam itu bukan sekali dua kali saya alami, melainkan berulang kali, hingga saya sampai pada kesimpulan, barusan ini, yang sekaligus menjawab pertanyaan saya, yang berdampak dari pertanyaan bos saya, delapan tahun lalu: Di mana batas kemampuan kita? Siapa yang tahu batas kemampuan kita?

Kemampuan kita menjadi terbatas lantaran itulah citra diri yang tercipta di pikiran kita. Tidak jarang kita sendiri sudah membatasi kemampuan kita lewat anggapan sepihak bahwa kita tidak punya ilmu dan pengetahuannya, tidak berpengalaman, tidak punya sarana pendukungnya, takut gagal, malu, tidak yakin, khawatir jadi bahan tertawaan, dan lain sebagainya. Semuanya bersumber dari pikiran negatif tentang diri kita sendiri. Sedangkan pengalaman pribadi saya membuktikan bahwa Tuhan saja yakin bahwa kita mampu, sehingga Dia memberi kita ujian hidup “sebatas” kemampuan kita, dan kemampuan itu tanpa batas!

Pikiran, atau citra diri negatif yang diciptakan olehnya, seringkali membuat kita cenderung menyanjung-sanjung orang lain, yang kita pandang memiliki kemampuan melebihi kita, sampai tidak menyadari bahwa itu semua karunia Tuhan untuk manusia. Perhatikan, deh, kelompok-kelompok spiritual yang berlebihan memuja tokoh pendiri atau pencetusnya, yang tak jarang membuat para pengikutnya cenderung melupakan Tuhan yang berada di balik kemampuan istimewa dari sang tokoh. Doktor Myles Monroe, dalam bukunya, Releasing Your Potential: Exposing the Hidden You (2007), mengungkapkan bahwa potensi yang dibekali Tuhan dalam diri kita itu melampaui apa yang kita sadari tentangnya, sehingga seringkali manusia telanjur mati tanpa pernah memaksimalkan kemampuan dirinya yang sejati. Kita cenderung percaya pada citra diri negatif yang diciptakan pikiran kita ketimbang pada janji Tuhan yang akan menyelamatkan kita dengan kasih-sayangNya.

Kelebihan mereka yang kita anggap manusia super hanya satu: Mereka tidak membiarkan diri terperangkap oleh citra diri yang menyatakan bahwa mereka tidak mampu. Mereka memuja Tuhan mereka dengan memanifestasi sebanyak mungkin potensi yang mereka miliki. Saya pernah menceritakan pengalaman spiritual saya kepada seorang kawan, yang serta-merta mengejek saya, “Emangnya lu nabi apa, sampai Tuhan ngasih lu kemampuan kayak gitu?!”

Anggapan dangkal dari kawan ini sempat menjerumuskan mental saya sampai ke dasar lubang nan gelap. Tetapi tidak lama kemudian, saya beroleh pemahaman: Bila Tuhan menghendaki maka jadilah; tidak peduli tukang becak atau pengusaha, orang melarat atau konglomerat, maling atau cendekiawan, kemampuan yang melampaui pikiran pribadi tentang citra dirinya dapat menjadi miliknya!

Jadi, di mana batas kemampuan kita? Batasnya adalah di mana citra diri negatif itu bercokol: Pikiran kita!©


Mampang Prapatan XI, Jakarta Selatan, 16 Agustus 2012, pukul 06.07 WIB 

Friday, August 24, 2012

Pejalanan Kejiwaan



sharing Kejiwaan


‎. . .sebenarnya gak enak juga ya klu disadari bhwa kita hidup didunia ini ternyata tidak sepenuhnya diri kita sendiri . . tpi msh ada bawaan genetik ortu dan beban2 moril yg tak klihatan dari nenek moyang sebelumnya . . yg terpaksa menjadi beban kita jg . Syukurlah klu klu kita menemukan Subud sbgai pembersih beban2 tsb,artinya dengan ichlas dan sadar klita mengurangi beban kita kepada cucu kita krn kpd anak mungkin mereka sdh terlanjur kena beban . . .

Wednesday, August 22, 2012

Perjalanan Kejiwaan


‎. . .ada suatu Pengaturan yg seperti kebetulan yaitu pada waktu 3 bulan sebelum Penggusuran YUM kami sdh di diberi tahu dan disuruh siap2 oleh Itn anaknya P Muhtar yg klihatannya ingin melihat kesusahan sya .pada saat yg tepat sy mnerima bagian Kemurahan untuk kemudian bisa beli rumah ,segala rencana dan pembayaran2 kutulis di buku harian yg entah kenapa kubawa keluar dn rupanya terjatuh dijalan. eh ternyata buku harian ku diketemukan oleh anak buah Itn yaitu Jjn [PP Sukamulya ] dn diberikan ke Itn yg kemudian dia mengetahui bhwa sy akan bisa beli rumah, artinya dia tidak jadi melihat sy susah tpi dia melihat sy terselamatkan oleh kemurahan Tuhan yg yg sy jg tidak sangka2 sebelumnya . . .

Perjalanan Kejiwaan


‎. . .di tahun 2004 kami dipindah kan dan diberi tempat di YUM [Yayasan Usaha Mulia] yg pada asasnya adalh Kemanusiaan dan Kasih sayang,justru di YUM ini bertaburan salju kebencian ,keirian kedengkian dlsb. krena berada di YUM kami klu Latihan di Wisma Bharata selalu merasa direndahkan krn kedudukan kami yg SUDRA . Smpai suatu ketika sy slesai Latihan kulihat ada rame2 yg ternyata ada seorang dari Subud Medan kehilangan dompet. . ku pikir eh kok masih ada yg bgtu. sesampai dirumah anak sy bilang ada seorang teman Subud yg achirnya cerita bhwa dia yg " Menemukan " dompet tsb di parkiran ,dan anak sy Pandu menyarankan spy diserahkan ke bu Muti. teman tsb ahirnya kerumah dan Nyonya sy menyarankan hal yg sama krena teman lelaki tsb adlh suami sahabatnya. Demi kaerna gak enak dan melindungi Sa
habat istri sy [M] itu kami mendiamkan hal itu yg kemidian jadi ekses buruk yaitu sya,kami dianggap berkomplot oleh bpk R , PP Pamulang dan 2x sy dimaki dedepan para dewa2 Subud. sy krn malu ahirny diam krn ingat petuah Bapak bhwa Nafsu jangan dibunuh dng Nafsu . . sy tdk bersalah sama sekali tpi kena getah pertemanan, hal ini sy diamkan selama beberapa bulan sampai ahirnya kami mndpat pengaturan ketemu Ketua Subud Jaksel Mrsdi dirumah penggede Subud yg lg sakit,yg kemudian menjernihakan persoalan tsb dng pemuka2 Subud Pamulang setelah beberapa kali kerumah utk observasi keadaan kami. . Ketegangan dng PP Pmlang tersebut baru sdikit mencair ahir2 ini sj krn memang PP tsb orngnya otoriter ,yah mmg dmkian pribadinya. . dari situ sy belajar Maklum . . .

Sharing Kejiwaan


Selamat Ber Lebaran ,buatku Subud ini memang Candra dimuka . . pencucian ,penggemblengan, penggodokan pembersihan dllsb apapun itu namanya. . Klu dilihat asas dan tujuannya adalh penuh sifat persaudaraan,kasih sayang dsb tpi dlm kenyataan kadang sulit seprti itu atau sering mengecewakan,dan Salahnya kita lah yg sering brharap baik sprti itu. para pejalan Subud bgtu dibuka maka mulai lah menjalani pembersihan gan Krisisnya masing2 dan saling bersinergi
atau berbenturan satu sama lainnya dng mengeluarkan yg jelek2 dari dirinya,dengi ,iri, benci ,jelus, Fitnah dllsb. . yg ahirnya bis mendapat pelajaran yg manfaat utk mendidik dirinya sendiri . dan tergantung pada dirinya jg untuk mendapatkan Kebenaran Hakikinya sndiri.
 ·  ·  · 6 jam yang lalu

Saturday, August 18, 2012

Sharing Kejiwaan


Sharing Kejiwaan


Sharing Kejiwaan


Sharing Kejiwaan


Sharing Kejiwaan


Sharing Kejiwaan


9

Sharing Kejiwaan


Sharing Kejiwaan



Sharing Kejiwaan



Sharing Kejiwaan


SHARING kEJIWAAN



Sharing Kejiwaan



Sharing Kejiwaan



Perjalanan Kejiwaan


‎. . kt bisa mengamati pembentukan susila kt yg tdk saja bersusila baik kpada sesama mnusia,ttpi jga sdh santunkah kt diri kt sndiri baik wadak maupun rasa diri, sdh santunkah kt memperlakukan keluarga kit pelayan bawahan,bahkan sdh santunkah kt kpd benda2 milik kt(rumah seisinya) ,kpda hewan milik kt, kpd tumbuhan milik kita bahkan kpd semut, tikus dan kecoa dimana smuanya jadi halus budi . . . sprti Kehendak Tuhan . .

Perjalanan Kejiwaan


lho kok lama sepi. . . mnurut pengalaman sy,dlm menjalani Kejiwaan ini kt tdk lagi terlalu berpegang pada dogma2 dn pengertian2 yg sdh sarat dlm diri kita sbg penimbang,tp sdh hnya menjalani dng serius dn chidmat apa yg terhadirkan sbgai pengaturan da menemukan pemblajaran . .

Perjalanan Kejiwaan


‎. . . Pengalaman kedua yg menunjukkan ke luar biasaan bekerjanya Kekuasaan Tuhan . di th 2003an anak laki2 sy yg ketiga 18 adlah pemakai narkoba sejak SMP dan sdh 2x OD dirawat di RSFmwati kmdian sy ajak masuk Subud dng istrinya ,stlh dibuka dan Latihan trnyata blm jga selesai kebiasaannya. ahirnya beberapa kali sy ajak Latihan berdua dng doa yg saya ajukan ahirnya stlh latihan selama 2 mggu tiba2 sikapnya berobah dan tdk mau menemui teman2nya dn malah mengusirnya,semenjak itu dia berhenti pakai narkoba Ptw dng sendirinya, tanpa sakauw , tanpa obat2an penenawar, apapun sampai sekarang. dmikian kisah ini dulu sdh pernah kusampaikan dlm gathering subud 2006. sukur dan puji Tuhan, entah apa yg akan terjadi klu sampai skrg tdk berhenti . . .
 ·  ·  · 24 Juni pukul 18:18

Perjalanan Kejiwaan


‎. . kisah yg ketiga adalah sy sejak th 75 sy krn keadaan dan stress dlm RT dlm perkawinan sy yg pertama 73 jg faktor udara lembab di Bondowoso Jatim,sy menderita Asma bronciale yg setiap sore mulai berat nafas dan tersengal2 sampai pust susah napas dan selalu tak lepas minum obat Betnelan . telah banyak upaya medis dan alternatip untuk itu,bahkan sampai melakukan urine terapi lebih dari setahun , Yoga Pranayama dan acupressure ternyata tak membuahkan hasil. Pada th 2008 sy sdh apatis dan hanya minum Napasin Setengah tablet pada setiap sore,[ sy masih merokok Dji Sam Soe sebungkus sehari ]. . .waktu itu sy lupa gak beli Napasin tpi krna sangat capek sy kuatkan hati dan tertidur. lho esok paginya kok badan dan nafas rasanya biasa,mata tdk cekung . esoknya sy mantabkan hati utk tdk pakai obat . . . eh rupanya malam itu terlewatkan dng hnya sdikit rasa flex . sejak saat itu saya smpai sekarang tidak lagi menderita sprti itu . Subbehanalloh, berkat Latihan dan Percaya Tuhan yg selalu lebih dalam lagi . . .
 ·  ·  · 24 Juni pukul 21:56