ISLAM ADALAH ARABISASI DUNIA
Ide untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara Islam, bagian dari
Imperium Theokrasi Arab, telah ada sejak masa awal masuknya Islam ke
tanah air ini. Diawali dengan berdirinya kerajaan Islam Demak ditanah
Jawa, berlanjut hingga masa pembentukan Republik Indonesia diawal
kemerdekaan. Namun usaha tersebut selalu mendapat sandungan dari anak2
bangsa yang berjiwa nasionalis seperti Ir. Sukarno. Orang2 nasionalis
sadar akan pentingnya menjaga kesatuan dan martabat bangsa, daripada
menjadi bagian Theokrasi Arab. Kini di era reformasi, wacana tersebut
menjadi semakin kuat, tiap-tiap Kabupaten berlomba-lomba menerapkan
syariat Islam di daerahnya. Bagaimana fenomena ini bisa terjadi? Mengapa
para muslim pribumi berlomba2 mendirikan Theokrasi Arab di tanah airnya
sendiri? Lihatlah Aceh dengan GAMnya, Filipina terdapat Abu Sayaf,
Thailand dengan Gerakan Pathani dan Yala, dan masih banyak contoh
lainnya.
Islam adalah Arabisasi. Jadi, setiap orang yang mengaku beragama Islam,
berarti dia telah memilih menjadi WARGA NEGARA ARAB (dalam pengertian
rohani). Walau secara lahiriah, kita adalah orang Indonesia, tapi secara
jiwa, kita bukan lagi orang Indonesia, tapi orang Arab.
Dan untuk membuktikan kesetiaannya, "para warga negara Arab" diwajibkan
untuk SUJUD MENYEMBAH ke arah NEGARA ARAB, dengan kota Mekah sebagai
pusatnya. Kita memang tidak menyadarinya, karena Muhammad dengan cerdik,
membungkus ritual sholat ini dengan topeng religius, yaitu melaksanakan
perintah ALLAH. Lewat Islam, kita dibentuk dan dicetak menjadi orang2
"ARAB BLESTERAN". Semenjak kecil, kita sudah didoktrin dan dicuci otak
agar menjadi PECINTA ARAB, dan PEMBELA ARAB. Itulah kenapa, doa2 dalam
sholat dilarang memakai bahasa kita sendiri, tetapi HARUS memakai bahasa
Arab.
Semua upaya Arabisasi itu dilakukan demi satu tujuan, yaitu ARAB YANG
MENGUASAI DUNIA. Muhammad mengklaim bahwa Arab akan menaklukkan dunia
dengan 12 kalifah (pemimpin) yang semuanya berasal dari Arab!
Hadis Muslim 4480
Dinarasikan oleh Jabir b. Samura yang berkata: Aku mendengar Rasulullah
SAW bersabda: "Islam akan terus berlanjut untuk mencapai kejayaan hingga
dipimpin 12 orang kalifah”. Kemudian Rasulullah SAW mengatakan sesuatu
di mana aku susah memahaminya. Aku bertanya pada ayahku: "Apa yang dia
katakan?" Dia berkata: "Dia bersabda bahwa semua dari mereka (12
kalifah) akan berasal dari bani Quraish (Arab)."
Muhammad menegaskan kembali bahwa kekalifahan (pucuk pimpinan) akan
tetap di tangan Arab sekalipun penduduk dunia tinggal 2 orang.
Hadis Muslim 4476
Dinarasikan oleh Abdullah bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Kalifah akan
tetap ada di antara bani Quraisy (Arab) sekalipun apabila tinggal 2
orang saja yang tersisa di bumi."
Dengan cita2 memimpin dunia inilah Arab menjajah dan memaksakan Islam
kepada bangsa Persia (Iran), Mesir, Afganistan dan banyak bangsa
lainnya. Bangsa2 tersebut kini telah kehilangan jati dirinya, telah
kehilangan budaya aslinya, mereka semua kini telah menjadi Arab, meski
sebenarnya mereka bukanlah Arab.
Apakah kita senang dengan Arabisasi ini, kebudayaan daerah satu persatu
menghilang berganti dengan budaya2 Arab? Dimanakah kehormatan bangsa
kita? Dimanakah kejayaan warisan leluhur kita? Jika kita memilih untuk
tetap menjadi Arab, kita adalah PENGKHIANAT BANGSA. Untuk apa kita
mengaku orang Indonesia, meneguk air Indonesia, makan hasil bumi
Indonesia, tapi hati kita condong pada ARAB?
Karenanya simaklah sejarah Arabisasi yang dilakukan Muhammad dibawah ini;
Dimasa kehidupan Muhammad, bukan hanya dia yang mengaku sebagai nabi
utusan Tuhan. Ada Taliha, kepala suku Bani Asad, yang mengaku punya
kekuatan ilahi. Dia dikalahkan oleh Khalid (Sahabat Muhammad) dalam
beberapa pertempuran hebat.
Museilima juga salah seorang 'nabi' penantangnya. Dia melakukan
mukjijat2 dan mengaku dikirim oleh Allah untuk saling membagi martabat
kenabian bersama Muhammad. Dia bahkan berani mengatakan bahwa Muhammad
juga mengakui pengakuannya ini. Pada akhirnya, dia terbunuh dalam
pertempuran di Al-Yemama, yang hampir jadi bencana bagi kelanjutan
Islam.
Al-Aswad, yang dikenal sebagai “Nabi Bercadar” dari Yaman, juga mengaku
sebagai nabi. Dia pejuang berani dan tangguh, namun juga arogan dan
dengan demikian kurang menarik dan kurang populer. Dia tewas akibat tipu
daya pengikut Islam.
Keberadaan beberapa nabi dalam waktu yang sama, dinegara yang sama
menunjukkan bahwa masalah kenabian ini tidak ada hubungannnya dengan
TUHAN; ini hanyalah sebuah alat untuk menghipnotis orang melalui
penipuan2 berkedok agama. Tuhan tidak akan mengirim begitu banyak nabi2
ke Arab diwaktu bersamaan. Orang2 ini, jelas, adalah “self-designated
prophets” (jadi nabi atas pengakuan sendiri).
Muhammad sukses karena dia memakai pendekatan nasional, yang menarik
bagi orang2 berjiwa patriot seperti Abu Bakar dan Umar. Para kontestan
nabi lainnya gagal karena mereka terlalu menganggap rendah orang lain.
Sebaliknya Muhammad menjanjikan martabat tinggi bagi bangsa Arab, yang
tidak tahu apa-apa kecuali kemiskinan, penderitaan dan turunnya harkat
martabat mereka. Kejayaan ini adalah sebuah mimpi yang mereka anggap
bisa diwujudkan lewat seorang Muhammad. Kesuksesannya membuktikan
pepatah evolusi: Siapa yang Kuat, Dialah yang bertahan. Semua ini sama
sekali tidak ada hubungannya dengan Allah, yang ada hanyalah Muhammad
berkedokkan Allah untuk mewujudkan ambisinya!
Mari kita lihat rencananya bagi Imperialisme Arab:
Muhammad menjiplak kepercayaan Yahudi dengan mengaku bahwa bangsa Arab adalah bangsa pilihan Tuhan;
“Di antara semua bangsa di dunia Tuhan memilih bangsa Arab. Dari antara
bangsa Arab Dia memilih Kinana. Dari Kinana dia memilih Suku Quraish
(sukunya Muhammad). Dari suku Quraish Dia memilih Bani Hashim (klannya).
Dan dari Bani Hashim Dia memilih Aku.” (Ibn Sa’d, Tabaqat V. 1 p. 2 )
Pengakuan bahwa dirinya adalah utusan Allah, ia tegaskan lagi di Quran:
“Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka,
diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka
(sedikitpun) tidak dianiaya.” (QS 10:47)
Jelaslah, seorang nabi datang kepada bangsanya untuk menyelesaikan
masalah2 dengan adil untuk tujuan menyatukan mereka menjadi sebuah
bangsa yang hebat. Tapi, menurut Quran, cara paling efektif untuk
mengamankan kesatuan sebuah bangsa adalah dengan menunjuk satu Kiblat,
satu arah untuk memuja tuhan: semua orang beriman yang memuja tuhan yang
sama menghadap kearah yang sama dan menunjukkan satu kesatuan. Inilah
alasan bahwa hadits Bukhari 60:20 mengatakan bahwa setiap bangsa punya
kiblatnya sendiri. Ini juga dibenarkan oleh Quran (QS 2:148).
Nabi lalu mencomot ajaran Yahudi dengan menyatakan Yerusalem, kota
Yahudi paling sakral, sebagai Kiblat bagi para muslim arab. Tapi setelah
sekitar 16 bulan, dia mengubahnya ke Kabah, sebuah tempat perlindungan
di Mekah, kampung halamannya sang nabi. Perubahan ini didiktekan oleh
keinginan/dorongan sang nabi untuk melayani tujuan2 nasionalnya. Quran
menyatakan:
“Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: "Apakah
yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitulmakdis) yang
dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan
Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus. (QS 2:142)
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh
Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah
mukamu ke arahnya.” (QS 2:144)
Dari ayat2 ini, jelas bahwa perubahan kiblat dari Yerusalem ke Kabah
dipengaruhi BUKAN karena kehendak Allah tapi atas kemauan Muhammad.
Hadits Muslim 31:5903 menunjukkan bahwa perubahan kiblat ini disarankan
oleh Umar, Kalif kedua, yang dibunuh oleh seorang budak Persia karena ia
(Umar) dituduh sebagai seorang rasis.
Kalau begitu omong kosong saja pepatah Allah : “Timur dan Barat adalah
Milik Allah (QS 2:142)” Jika Timur dan Barat punya arti yang sama, lalu
kenapa Dia paksa orang untuk mengubah arah sholat dari Yerusalem ke
Kabah? Kenapa mereka tidak bisa menghadap kearah yang mereka suka?
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap
di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi
Maha Mengetahui. (QS 2:115)
Jadi, langkah ini diambil oleh nabi untuk melayani kepentingan
imperialisme Arab. Malah, pengubahan Kiblat telah menghancurkan nasib
Yahudi, membawa maut bagi sejarah umat manusia dan hanya menguntungkan
bagi imperialisme Arab.
Muhammad memang lihai. Ia mengatakan bahwa tiap bangsa punya nabinya
sendiri, TAPI dirinya berbeda. Katanya, hanya dia yang bukan hanya nabi
bagi bangsa Arab tapi juga nabi bagi SEMUA bangsa:
"Tiap Nabi ditunjuk bagi bangsanya sendiri tapi aku ditunjuk menjadi nabi bagi semua bangsa." (Mishkat, 5500, Vol.3)
Julukan 'nabi internasional' ini beserta dengan perubahan arah kiblat
dari Yerusalem ke Kabah menunjukkan apa sebenarnya maksud Muhammad:
muslim2 non Arab tidak boleh punya kiblat yang menunjukkan sifat khas
mereka sebagai sebuah bangsa tersendiri. Mereka harus menganggap kiblat
Arab sebagai PANDANGAN HIDUP mereka dan dengan demikian menerima hukum2
serta kebudayaan Arab dan menanggalkan tradisi2 nenek moyang asal
mereka. Tahukah anda apa artinya ini dalam praktek ?
Tindakan ini mengangkat derajad Mekah menjadi tempat penghormatan
spiritual tertinggi. Muslim dari berbagai bangsa menyembah kearahnya,
tidak hanya lima kali sehari namun setiap saat sesuai dengan zona waktu
berbeda2 mereka diplanet ini. Tindakan kebiasaan menyembah ini
memperbudak jiwa mereka, membuat mereka secara tidak sadar patuh ke
Mekah, menyembah tempat kelahiran Muhammad dan mengurangi kekuatan
memakai otak mereka.
Biasanya satu bangsa harus menundukkan bangsa lain dengan kekuatan
senjata; yang ditundukkan membenci yang menaklukkan dan ingin merdeka,
tapi dalam hal ini, semua Muslim non arab mengucurkan air mata memohon
agar diterima sebagai budak2 budaya Arab! Bukankah ini contoh klasik
seekor domba yang memohon pada penjagalnya agar segera dituntun kerumah
jagal? Inilah kebijakan dari Muhammad.
Sadar akan kerapuhan manusia, sang nabi memaksakan tekanan psikologis
pada para pengikut non arab dengan mewajibkan mereka untuk melepaskan
budaya asal mereka dan sebagai gantinya memakai budaya arab. Dia
mencapai tujuan ini dengan mengangkat martabat spiritual dari institusi2
Arab. Berikut ini beberapa diantaranya:
1. Kabah adalah rumah Tuhan karena Yang Maha Kuasa telah memerintahkan
Adam membangun rumah itu baginya, dan ini juga dibangun kembali oleh
Ibrahim.
2. Kuburan orang muslim harus digali sedemikian sehingga bila mayatnya dikubur, wajahnya menghadap kearah Mekah.
3. Begitu keramatnya Mekah hingga tak seorangpun boleh BAB (buang air
besar) menghadap kota ini, dimanapun dia berada diplanet ini. Jika
melakukan ini dianggap kafir.
4. Quran juga dalam bahasa Arab, semua muslim harus mempelajari bahasa Arab. Betapa berat sebelahnya Allah terhadap Arab.
5. Hadits Mishkat Vol. 3, no. 5751 melaporkan bahwa rasul berkata:
“Cintailah Arab karena tiga alasan karena (1) Aku orang Arab (2) Quran
dalam Bahasa Arab dan (3) lidah para penghuni surga akan juga berbahasa
Arab.”
6. Kabah adalah pusat dari berkat Allah karena disinilah 120 Doa Ilahi turun tiap hari, dan lalu disebarkan keseluruh dunia!
7. Ibn Majah melaporkan dalam Hadis no. 1463, bahwa seorang Namaz
(sholat didalam mesjid) di Medinah membawa berkah 100 kali lebih banyak
dari sholat dimesjid lain, dan sholat dalam Kabah membawa rahmat 100.000
kali lebih banyak dibanding sholat di mesjid lain!
8. Bahkan kuburan orang Arab yang dikenal sebagai Jannat-ul-Mualla dan
Jannat-ul-Baquee adalah tempat keramat. Menurut sebuah hadis, kuburan2
itu terlihat bersinar dimata para penghuni angkasa, sama seperti
matahari dan bulan terlihat oleh para penghuni bumi. Mereka yang
dikuburkan disana akan masuk surga tanpa segala kesulitan dan masing2
diberi hak untuk intersesi (menjadi perantara) bagi 70.000 orang
lainnya!
9. Baca ayat berikut ini:
“(O Rasul) Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 3:31)
Hubungkan ayat diatas dengan Hadis no 5 diatas. Maksud Muhammad
mengeluarkan ayat ini adalah; penyembahanmu terhadap Allah akan sia-sia
jika kau tak mengikuti aku (Muhammad) dan tak mencintai Arab.
10. Sudah menjadi bagian dari iman Islam bahwa setiap muslim, dimanapun
dia tinggal, harus datang ke Mekah sedikitnya satu kali seumur hidupnya,
asal dia mampu.
Lebih dari dua juta muslim seluruh dunia datang ke Mekah tiap tahun
untuk “naik” haji. Mungkin, jumlah yang sama juga melakukan Umroh per
tahun. Upacara2 ini menghasilkan begitu banyak kekayaan bagi orang Arab
dan semakin memiskinkan negara miskin seperti Indonesia.
Padahal, upacara ‘naik’ haji sudah menjadi bagian dari kebudayaan Arab
sejak jaman dulu kala yang dikembangkan dari prinsip2 penyembahan ala
India seperti Trimurti, Sabeanisme, dan maskyarakat astrologi
Mesopotamia yang mengambarkan peredaran planet. Tidak ada bukti2 sejarah
bahwa kuil Kabah pernah dibangun kembali oleh Ibrahim, itu hanyalah
klaim yang diciptakan bangsa Arab sendiri. Bukti sejarah lebih
menunjukkan bahwa Kabah adalah kuil polytheisme. Bahkan diawal kehidupan
Muhammad, Kabah menjadi pusat penyembahan berhala. Begitu pula dengan
kebiasaan kuno mencium Hajar Aswad yang disarankan oleh nabi karena
hubungannya yang erat dengan budaya nasional Arab. Praktek berhala yang
menarik hati orang Arab ini, jelas menolong sang nabi untuk mendapatkan
umat baru bagi kepercayaannya.
Upacara haji memang sudah ada di jaman sebelum Islam dan dari dulu
sampai sekarang tidak lain hanyalah untuk meninggikan martabat bangsa
Arab. Orang2 melakukan ritual mencium Batu Hitam termasuk mengelilingi
Kabah tujuh kali, yang dianggap melambangkan revolusi planet dan
bintang2 yang dihubungkan dengan tradisi kaum berhala di Yaman.
Dengan demikian sang Nabi telah melimpahkan kesucian yang lebih besar
kepada Mekah dibandingkan dengan orang Yahudi dengan Bait Allahnya di
Yerusalem. Kesucian Mekah ini mencipratkan kesucian kepada orang2 Arab
yang dijelaskan secara gamblang dalam hadis bahwa semua muslim harus
mencintai Arab, dan mereka yang membenci/iri akan ditolak, tidak akan
diakui oleh sang Nabi saat dia menjadi intersesor (perantara) nanti, dan
alhasilnya, ia akan membusuk dineraka.
Dalam rencana besar Arabisasi ini, sang nabi mempertahankan dirinya
untuk tetap berada paling atas: meski dia katakan cuma orang biasa dan
hamba Allah, tapi Allah-lah, bersama dengan para malaikatnya yang
bershalawat bagi Muhammad, dengan kata lain memuja dia;
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai
orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya. (QS 33:56)
Dengan demikian, cinta dan kepatuhan pada Muhammad adalah Islam yang
sebenarnya dan Allah hanya menjadi alasan bagi Muhammad; kepercayaan
pada Allah tidak ada artinya tanpa mengakui dan patuh pada Muhammad
sebagai utusanNya! (Bandingkan dengan ayat no 9 diatas)
Cara terbaik untuk mempraktekkan Islam adalah dengan mengambil Muhammad sebagai model, suri tauladan:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS 33:21)
Artinya, meniru sang nabi, dalam hal2 kecilpun seperti cara berpikir
& bertingkah laku seperti sang nabi; bahkan makan, minum, bicara,
melangkah, tidur, berpakaian dan penampilan harus meniru nabi.
Akhirnya kita menyadari bahwa doktrin 'nabi sebagai suri tauladan' ini
adalah alat yang membuat Islam menjadi alat Imperialisme Arab. Dibawah
ini adalah gambaran singkat dari prinsip dan praktek sang nabi sebagai
suri teladan:
Prinsip dasar dari Quran adalah divide et impera, atau “Pecah-Belah dan
Jajah,” yang membelah bangsa2 secara sosial dan politik, antara mereka
yang mukmin dari mereka yang kafir. Quran 58:19 menyatakan fakta ini
dengan sangat jelas : non muslim dicap sebagai “golongan setan” dan para
pengikut Allah dan Muhamad disebut sebagai “golongan Tuhan.”
Lebih jauh lagi, Quran menyebut anggota2 dari “golongan setan” sebagai
“orang-orang yang sangat hina” dan menyatakan bahwa “mereka sesungguhnya
golongan pecundang.” Tapi tentang “golongan Tuhan,” ditambahkannya:
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang
Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau
anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. …… Dan
dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan
mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) -Nya. Mereka itulah
golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah
golongan yang beruntung.” (QS 58:22)
Untuk pengertian yang lebih jelas dari ayat ini, fakta berikut mungkin bisa ditelaah dengan baik:
1. Anggota “golongan setan” ditakdirkan jadi pecundang. Mereka makhluk
paling hina karena mereka tidak mengakui Muhammad dan Allah. Mereka
adalah orang2 non-muslim.
2. Anggota “golongan tuhan” adalah orang yang tidak mencintai musuh
Allah dan Muhammad, yang tidak mencintai non muslim, meskipun non muslim
itu adalah ayah, anak, saudara atau bangsa mereka sendiri. Orang2 yang
tidak mencintai non muslim inilah yang akan makmur kehidupannya dan akan
dijadikan penghuni surga didunia yang berikutnya.
Disini perpisahan abadi muslim dan non muslim didasarkan pada konflik
sosial dan politik yang tak berkesudahan dan Muhammad mencoba meyakinkan
para muslim akan kemenangan akhir mereka. Bagaimanapun, seseorang tidak
dapat menjadi bagian dari “golongan tuhan’ sampai dia memutuskan
hubungan dengan orang tua, anak, saudara, orang2 sebangsa mereka, jika
mereka semua itu tidak menerima Islam.
Inilah nasib bagi semua negara non-Arab dimanapun Islam masuk lewat
pedang, migrasi atau propaganda. Diwilayah2 itu, Muslim berkewajiban
memberlakukan dominasi kebudayaan ARAB, dengan cara menempatkan semua
tradisi budaya setempat mereka dibawah budaya Arab, mengadopsi hukum
Islam, mempelajari bahasa dan gaya Arab; mencintai Mekah dan Arab,
mengakui Muhammad sebagai suri tauladan karena sebagai orang Arab, dia
(Muhammad) mencintai dan memberlakukan apapun yang berbau Arab.
Lebih parah lagi, mereka harus membenci budaya dan tanah air mereka
sendiri sedemikian hingga tanah airnya menjadi Dar-ul-Harb, yakni Medan
Perang. Ini berarti bahwa mereka harus mendirikan tenda musuh ditanah
air mereka sendiri dan memerangi bangsa mereka sendiri sampai bangsa
mereka semua menyerah pada imperialisme budaya Arab dengan cara memeluk
Islam (lihat GAM, DI TII).
Hanya jika demikian sajalah maka negara tersebut akan menjadi
Dar-ul-Islam, yakni Medan Damai. Jika tidak maka tanah air tersebut akan
terus menjadi Medan Perang (Dar-ul-Harb) dimana pembunuhan dan
pemerkosaan non muslim dianggap sebagai perbuatan baik; penipuan
dianggap perlu dan malah dijadikan bagian dari moralitas.
Tanah Air! Apa itu Tanah Air? Tanah dimana seseorang lahir, dibesarkan,
tinggal dan menghabiskan hidupnya, itu semua dianggap sebagai lelucon
besar di mata mereka yang terkena Arabisasi. Para muslim non arab ini
mengembangkan perasaan benci kesumat kepada budaya dan tanah air mereka
sendiri.
Lihatlah Mesir, tanah dari para Firaun yang perkasa, dimana keunggulan
kekaisaran mereka menjangkau masa 3000 tahun. Tanah indah, penuh sains,
seni, budaya dan tingkah laku para dewa ini berubah dan menukik tajam
hingga hampir menyentuh titik nadirnya ketika Islam mengambil alih.
Tidak ada orang Mesir asli lagi. Mereka semua berubah menjadi orang
Arab!
Atau simaklah halaman2 bersejarah dari orang Persia (Iran). Kerajaan
megah mereka berlangsung berpuluh2 abad lamanya. Begitu besar kerajaan
mereka hingga tidak ada yang menyamainya dalam ukuran sampai Inggris
muncul dalam kancah internasional 3000 tahun kemudian. Sumbangan mereka
bagi perkembangan hukum di Romawi, kebudayaan Yunani dan tradisi2 di
Asia tidak dapat dihitung. Mereka menghasilkan pemimpin2 spiritual
seperti Zaratushtra yang kebijakannya sampai mempengaruhi agama2 besar
seperti Yudaisme dan Kristen.
Tapi begitu Islam menjajah Persia, orang Arab menyita semua kekayaan2nya
melalui sistem yang telah terbukti keefektifannya, yaitu melalui
penjarahan, termasuk menjarah wanita2 cantik molek dan merebut karya
penyair2 ternama Iran yang telah banyak menyumbang keindahan bagi
tradisi2 Asia maupun Eropa.
Setelah itu, budaya Persia LENYAP total dari muka bumi. Semua kejayaan
budaya dan politiknya dimusnahkan oleh orang2 Iran sendiri yang
di-Arabisasi dan akhirnya membenci kebudayaan mereka sendiri. Mereka
lebih suka menjadi muslim dengan janji2 berseks ria dengan 72 perawan
abadi, anak2 lelaki cantik dan arak2 lezat yang disebut2 dalam Quran.
Mereka menghujat nabi2 mereka sendiri, Zaratushtra dan Mani. Mereka
membangun mitologi mereka sendiri yang dikenal sebagai Shi’ah, yang
secara total berdasar pada lambang, cinta dan tradisi para pahlawan
Arab, khususnya anggota keluarga langsung sang Nabi Muhammad. Sejak itu,
orang2 Iran kehilangan jiwa Persia mereka. Mereka telah dicabut dari
kebesaran Persia, mereka bukan lagi orang2 Iran yang hebat seperti
sebelumnya. Tidak ada lagi yang bisa jadi sumber inspirasi mereka
kecuali jika hal itu didasarkan pada penjilatan terhadap orang Arab.
Revolusi Islam dari Imam Khomeini adalah contohnya.
India adalah korban lain Islam. Saat Muhamad bin Qasim menginvasi
wilayah Sindh, ini adalah saat yang paling buruk, paling menjijikan dan
paling tidak menyenangkan dalam sejarah India. India, obor peradaban
dunia yang punya tradisi hebat yang sebelumnya menikmati kehangatan
'ahimsa', kehangatan Hindu dan Budha, kemudian disengat oleh penjajah
Arab yang doyan merampok dan memperkosa.
Ironisnya
adalah, semua pembunuhan yang mereka lakukan itu diatasnamakan pada
Allah yang mereka sebut ‘maha adil dan penyayang’, yang menganggap
orang2 golongan tuhan ini sebagai orang2 yang bertindak adil dengan
menyiksa orang2 kafir. Lalu, tanah ini tidak lagi seperti semula, orang2
Hindu dan Budha yang tak mau mengakui Islam dibantai, darah mengalir
dimana2, sejarah mencatat 80.000.000. orang meninggal akibat upaya
Arabisasi ini. Islam telah mencabut Budha sampai keakar-akarnya, hingga
punahlah Budhisme dari tanah asalnya.
Meski upaya Arab menjadikan India sebagai Imperium Theokrasinya gagal,
namun mereka berhasil menancapkan doktrin Islam di sebagian wilayah
tersebut. Mereka yang telah terdoktrinisasi ingin memisahkan diri
membentuk negara muslim tersendiri, mendedikasikan kepercayaan mereka
pada tanah air sebagai Dar-ul-Harb, dengan memusuhi bangsa mereka
sendiri!
Filosofi amoral inilah yang menyebabkan pecahnya India menjadi Pakistan.
Upaya divide et impera yang gagal dilakukan oleh orang Arab justru
sukses ditangan orang2 India sendiri. Itu sebabnya Islam adalah alat
abadi penyebaran Imperialisme Arab; tidak lagi diperlukan pedang, tidak
lagi diperlukan senjata: cukup dengan mengatas namakan agama Allah.
Kita harus ingat bahwa Islam adalah duta permanen dari agama, sosial dan politik. Quran menyatakan:
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula)
kepada hari kemudian … sampai mereka membayar jizyah dengan patuh
sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (QS 9:29)
Kesiapan perang terhadap non muslim ini memang telah menjadi motivasi
Islam, tapi hal ini akan musnah dengan datangnya nabi lain. Tapi inipun
sudah dipikirkan Muhammad. Dia menutup lubang kelemahan ini dengan
kelicikan yang lazim. Dia umumkan dirinya sebagai nabi Terakhir, yakni
tidak akan ada nabi2 lain lagi setelah dia dan dengan demikian tak ada
orang seperti Ahmad Gulam Mirza (Ahmadiah) yang dapat MENGUBAH HUKUM2
PERANGNYA MENJADI HUKUM2 DAMAI, sesuai dengan masing2 tanah air bangsa2
terjajah itu sampai tanah itu berubah menjadi Dar-ul-Salaam.
Disinilah inti masalahnya: sebuah bangsa bisa dibenci, disakiti dan
dipermalukan jika tidak memeluk Islam, tapi begitu mereka memeluk Islam
mereka menjadi budak budaya Arab karena didalamnya terdapat rumus2
penolakan terhadap tradisi tanah airnya sendiri. Benar-benar sebuah
strategi imperialisme yang sulit dikalahkan!