SUBUD: Kepercayaan asli INDONESIA yang Populer di Seluruh Dunia
Februari 17, 2013 Cintailah Indonesia Tinggalkan Komentar Go to comments
Agama Islam berkembang pesat di Eropa. Ah, itu berita biasa. Hindu berkembang pesat di dunia barat. Ah, itu juga berita biasa. Namun kalau kepercayaan asli Indonesia berkembang dan diminati di luar negeri, nah itu baru berita LUAR BIASA. Sebagian kaskuser mungkin menganggap topik tulisan ini mengada ada bukan? Ya, terserah Anda.
Apa itu SUBUD? SUBUD adalah singkatan dari Susila Budhi Dharma, tiga kata yang berasal dari bahasa Sanskerta, bahasa asli Indonesia. SUBUD ini, gampangnya adalah gerakan spiritual yang mulai disemarakkan oleh bapak Muhammad Subuh Sumohadiwidjojo pada tahun 1920-an di Jawa. Pada dasarnya, praktek SUBUD ini adalah latihan kejiwaan yang menurut Pak Muhammad merepresentasikan ‘pencerahan’ dari Yang Maha Kuasa.
Menurut Pak Muhammad, SUBUD ini bukanlah suatu agama atau kepercayaan baru. SUBUD ini menerima semua anggota dari agama apapun, Islam Kristen Katolik Hindu Buddha Konghucu sampai yang atheist, karena menurut sang pendiri, SUBUD adalah untuk semua manusia, tanpa terkecuali. Ya, hanya wadah untuk orang-orang yang mencari ‘tuntunan hidup’ ataupun mengejar ‘latihan spiritual’ untuk mencapai ‘ketenteraman jiwa’, bukan dengan cara mendengarkan ceramah, tapi mencari jawaban dari dalam diri masing-masing.
SUBUD saat ini sudah menyebar ke 82 negara, dan anggotanya di seluruh dunia sekitar 10,000.
Setiap anggota SUBUD, dua kali dalam seminggu akan berkumpul untuk latihan (bahasa inggrisnya saja ‘latihan’, lho, tidak diterjemahkan jadi ‘exercise’) di tempat yang telah ditentukan, yang dibedakan ruangannya untuk pria dan wanita. Biasanya tempat latihan ini berupa sebuah ruangan terbuka atau setidaknya dengan banyak jendela. Seorang sesepuh akan memimpin latihan, meminta para anggota duduk atau berdiri, mana saja terserah, yang penting diem bukan jalan-jalan muterin ruangan, dan relaks.
Relaksasi ini sangat penting dalam latihan, karena dalam tahap relaksasi inilah para anggota disarankan untuk tunduk kepada ‘kesempurnaan’ dan mengikuti ‘apa yang muncul dari dalam diri yang terdalam’. Tidak perlu baca mantra, jangan berpikir apa-apa, nikmati saja kesunyian dan ketenangan hati, dan tunduk pada keinginan Yang Maha Kuasa. Apapun yang muncul berbeda untuk tiap orang, dan mereka dipersilakan menginterpretasikan apa yang mereka dapat secara bebas, sebab ‘pencerahan’ tidak akan sama untuk setiap individu.
Terkadang, saat latihan, ‘kesadaran’ ini dapat bermanifestasi dalam bentuk gerakan, seperti tiba-tiba bangkit dan menari, tertawa, menangis, berjalan-jalan, meloncat-loncat, dan lain-lain. Sekilas seperti orang kesurupan, namun sebenarnya tidak. Sebab, mereka sadar 100% apa yang sedang mereka lakukan. Murni karena ekspresi fisik dan emosi yang mereka alami dalam proses latihan.
Praktisi SUBUD percaya latihan ini, dan segala hal yang dapat terjadi dalam prosesnya, adalah bentuk ‘pencerahan’ dari dalam diri yang dapat menuntun mereka dalam hidup, dan membuat mereka merasa ‘disegarkan kembali’, ‘dimurnikan’, serta ‘bersih’.
Website SUBUD pun menuliskan di halaman depan mereka:
“A deepening of the natural connection with wisdom, one’s higher self, the divine, or God, depending on one’s preferred terminology”
Latihan ini dapat dilakukan kapan saja, baik sendirian maupun bersama-sama, namun idealnya dilakukan dua kali seminggu.
Tidak ada doktrin, perintah, peraturan maupun larangan, dan tidak ada batasan terhadap siapa yang boleh dan tidak boleh bergabung. Anggota juga tidak ditarik biaya apapun, atau diminta memberikan apapun.
Nama Susila Budhi Dharma sendiri berarti:
Susila: kebaikan dalam diri manusia yang selaras dengan keingan dari Yang Maha Kuasa.
Budhi: kesadaran diri yang ada dalam setiap manusia.
Dharma: penyerahan dan percaya total terhadap Tuhan yang Maha Kuasa.
Ini adalah simbol dari seseorang yang memiliki kedamaian dan ketenangan dalam dirinya, serta sanggup menerima kontak apapun dari arus kehidupan yang suci.
Inilah SUBUD, Susila Budhi Dharma, kepercayaan asli Indonesia yang orang Indonesia sendiri saya jamin pasti banyak yang tidak tahu.
Agama Islam berkembang pesat di Eropa. Ah, itu berita biasa. Hindu berkembang pesat di dunia barat. Ah, itu juga berita biasa. Namun kalau kepercayaan asli Indonesia berkembang dan diminati di luar negeri, nah itu baru berita LUAR BIASA. Sebagian kaskuser mungkin menganggap topik tulisan ini mengada ada bukan? Ya, terserah Anda.
Apa itu SUBUD? SUBUD adalah singkatan dari Susila Budhi Dharma, tiga kata yang berasal dari bahasa Sanskerta, bahasa asli Indonesia. SUBUD ini, gampangnya adalah gerakan spiritual yang mulai disemarakkan oleh bapak Muhammad Subuh Sumohadiwidjojo pada tahun 1920-an di Jawa. Pada dasarnya, praktek SUBUD ini adalah latihan kejiwaan yang menurut Pak Muhammad merepresentasikan ‘pencerahan’ dari Yang Maha Kuasa.
Menurut Pak Muhammad, SUBUD ini bukanlah suatu agama atau kepercayaan baru. SUBUD ini menerima semua anggota dari agama apapun, Islam Kristen Katolik Hindu Buddha Konghucu sampai yang atheist, karena menurut sang pendiri, SUBUD adalah untuk semua manusia, tanpa terkecuali. Ya, hanya wadah untuk orang-orang yang mencari ‘tuntunan hidup’ ataupun mengejar ‘latihan spiritual’ untuk mencapai ‘ketenteraman jiwa’, bukan dengan cara mendengarkan ceramah, tapi mencari jawaban dari dalam diri masing-masing.
SUBUD saat ini sudah menyebar ke 82 negara, dan anggotanya di seluruh dunia sekitar 10,000.
Setiap anggota SUBUD, dua kali dalam seminggu akan berkumpul untuk latihan (bahasa inggrisnya saja ‘latihan’, lho, tidak diterjemahkan jadi ‘exercise’) di tempat yang telah ditentukan, yang dibedakan ruangannya untuk pria dan wanita. Biasanya tempat latihan ini berupa sebuah ruangan terbuka atau setidaknya dengan banyak jendela. Seorang sesepuh akan memimpin latihan, meminta para anggota duduk atau berdiri, mana saja terserah, yang penting diem bukan jalan-jalan muterin ruangan, dan relaks.
Relaksasi ini sangat penting dalam latihan, karena dalam tahap relaksasi inilah para anggota disarankan untuk tunduk kepada ‘kesempurnaan’ dan mengikuti ‘apa yang muncul dari dalam diri yang terdalam’. Tidak perlu baca mantra, jangan berpikir apa-apa, nikmati saja kesunyian dan ketenangan hati, dan tunduk pada keinginan Yang Maha Kuasa. Apapun yang muncul berbeda untuk tiap orang, dan mereka dipersilakan menginterpretasikan apa yang mereka dapat secara bebas, sebab ‘pencerahan’ tidak akan sama untuk setiap individu.
Terkadang, saat latihan, ‘kesadaran’ ini dapat bermanifestasi dalam bentuk gerakan, seperti tiba-tiba bangkit dan menari, tertawa, menangis, berjalan-jalan, meloncat-loncat, dan lain-lain. Sekilas seperti orang kesurupan, namun sebenarnya tidak. Sebab, mereka sadar 100% apa yang sedang mereka lakukan. Murni karena ekspresi fisik dan emosi yang mereka alami dalam proses latihan.
Praktisi SUBUD percaya latihan ini, dan segala hal yang dapat terjadi dalam prosesnya, adalah bentuk ‘pencerahan’ dari dalam diri yang dapat menuntun mereka dalam hidup, dan membuat mereka merasa ‘disegarkan kembali’, ‘dimurnikan’, serta ‘bersih’.
Website SUBUD pun menuliskan di halaman depan mereka:
“A deepening of the natural connection with wisdom, one’s higher self, the divine, or God, depending on one’s preferred terminology”
Latihan ini dapat dilakukan kapan saja, baik sendirian maupun bersama-sama, namun idealnya dilakukan dua kali seminggu.
Tidak ada doktrin, perintah, peraturan maupun larangan, dan tidak ada batasan terhadap siapa yang boleh dan tidak boleh bergabung. Anggota juga tidak ditarik biaya apapun, atau diminta memberikan apapun.
Nama Susila Budhi Dharma sendiri berarti:
Susila: kebaikan dalam diri manusia yang selaras dengan keingan dari Yang Maha Kuasa.
Budhi: kesadaran diri yang ada dalam setiap manusia.
Dharma: penyerahan dan percaya total terhadap Tuhan yang Maha Kuasa.
Ini adalah simbol dari seseorang yang memiliki kedamaian dan ketenangan dalam dirinya, serta sanggup menerima kontak apapun dari arus kehidupan yang suci.
Inilah SUBUD, Susila Budhi Dharma, kepercayaan asli Indonesia yang orang Indonesia sendiri saya jamin pasti banyak yang tidak tahu.
No comments:
Post a Comment