SUSILA BUDHI DHARMA (SUBUD)
Bagian 1
SEKILAS TENTANG LATIHAN KEJIWAAN SUBUD
Latihan Kejiwaan SUBUD adalah suatu
bentuk kebaktian yang dilakukan oleh seseorang yang dilandasi sikap menyerah, pasrah,
ikhlas dan tawakal kehadapan Tuhan Yang Maha Esa. Kebaktian melalui Latihan
Kejiwaan SUBUD dilakukan dengan menghentikan bekerjanya nafsu dan akal pikiran
yang biasanya suka menggagas berbagai macam. Dengan berhentinya nafsu dan akal
pikiran seperti itu, ”Jiwa” atau bagian yang langgeng pada diri manusia (Atman, Zat Allah, rokh Kudus) akan
menerima kontak dari kekuasaan Tuhan - yang meliputi diri manusia baik dari
dalam maupun dari luar dirinya. Dengan cara seperti itu, peserta Latihan
Kejiwaan SUBUD akan dapat merasakan bimbingan dari kekuasaan Tuhan.
Di dalam melakukan Latihan
Kejiwaan SUBUD tidak dikenal adanya guru. Guru dalam Latihan
Kejiwaan SUBUD adalah Tuhan Yang Maha Kuasa yang kekuasaanNya meliputi
manusia baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Dengan kadar kepasrahan yang
semakin berkembang pada diri manusia dan pada saat terhentinya akal dan
pikirannya, getaran kekuasaan Tuhan akan dapat dirasakan sendiri melalui
Jiwanya. Jiwa yang menerima getaran kekuasaan Tuhan akan meneruskan getarannya
ke seluruh alat-alat tubuh dan organ peserta Latihan Kejiwaan
SUBUD sehingga ia akan merasakan sendiri gerakan atau munculnya suara secara
spontan. Pada saat pertama kalinya
seseorang ”dibuka” untuk melakukan Latihan Kejiwaan
SUBUD, Pembantu Pelatih (PP) menjadi saksi penyerahan dan ketawakalannya ke
hadapan Tuhan Yang Masa Kuasa. Pada saat pembukaan itulah, Jiwa peserta akan menerima
kontak dari kekuasaan Tuhan tanpa perantaraan orang lain atau sesuatu objek.
Selama melakukan Latihan Kejiwaan
SUBUD, kontak Jiwa dengan kekuasaan Tuhan akan menimbulkan berbagai macam
gerakan dan suara. Apa yang dirasakan oleh seorang peserta tidaklah sama dengan
apa yang dirasakan oleh peserta yang lain. Mengapa tidak sama? Karena isi diri
pribadi manusia memang tidak sama. Perbedaan inilah yang akan memberikan
pengalaman kejiwaan (spiritual) yang berbeda pula pada diri seseorang dalam
menjalani kehidupannya sehari-hari. Jenis dan kerasnya gerakan atau suara juga
akan berbeda dialami oleh individu peserta Latihan Kejiwaan SUBUD ketika yang
bersangkutan melakukannya pada kesempatan yang berbeda. Semua gerakan dan suara
yang dapat dirasakan selama melakukan Latihan Kejiwaan SUBUD muncul secara
spontan karena jiwa manusia mendapat kontak langsung dari kekuasaan Tuhan ketika
nafsu dan akal pikirannya terhenti bekerja untuk sementara. Di sinilah inti
pokok dan hakekat Latihan Kejiwaan SUBUD tersebut.
Meskipun peserta Latihan Kejiwaan
SUBUD memiliki pengalaman spiritual yang beragam, tetapi SUBUD bukan sebuah
agama atau ajaran. Dalam Latihan Kejiwaan SUBUD tidak dikenal adanya guru, juga
tidak ada buku suci dan hari-hari tertentu yang diistimewakan oleh peserta
Latihan Kejiwaan SUBUD. Selain itu,
keunikan Latihan Kejiwaan SUBUD terletak pada pesertanya yang berasal dari berbagai
jenis agama dan kepercayaan. Anggota melakukan Latihan Kejiwaan SUBUD
bersama-sama menggunakan jiwanya, sesuatu yang bersifat langgeng di dalam diri
manusia. Oleh karena di dalam Latihan Kejiwaan SUBUD tidak dikenal guru dan
buku suci, maka di dalam Latihan Kejiwaan SUBUD tidak dikenal dogma atau mantra
yang digunakan oleh seseorang untuk mempercepat terwujudnya pengalaman
spiritual pada dirinya. Yang diperlukan oleh peserta Latihan Kejiwaan SUBUD
adalah menanamkan kepercayaan pada dirinya bahwa Tuhan dan kekuasaanNya tidak
akan dapat dimengerti oleh manusia menggunakan akal pikirannya. Yang diperlukan
oleh mereka yang mengikuti Latihan Kejiwaan SUBUD agar bisa menerima kontak
dari kekuasaan Tuhan adalah kepasrahannya yang dilandasi oleh rasa sabar, ikhlas
dan tawakal kehadapan Tuhan. Penerapan
rasa ”Sabar, Ikhlas, Menyerah dan Tawakal” pada kehidupan sehari-hari peserta
Latihan Kejiwaan SUBUD sebaiknya
dikembangkan secara konsisten, disiplin, dan berkelanjutan. Kondisi Sabar,
Ikhlas, Menyerah dan Tawakal yang semakin berkembang akan menjadi syarat utama
bagi peserta Latihan Kejiwaan SUBUD untuk belajar merasakan sendiri tuntunan
kekuasaan Tuhan melalui Jiwanya.
Latihan Kejiwaan SUBUD sesungguhnya
tidak cukup hanya dilakukan di dalam ruangan Latihan khusus yang memang
disiapkan untuk itu. Peserta Latihan Kejiwaan SUBUD juga sangat diharapkan
belajar menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan melatih kepekaan diri
seperti itulah, peserta Latihan Kejiwaan SUBUD akan bisa melatih ketajaman rasa
dirinya. Misalnya, merasakan bekerjanya
daya-daya peserta manusia (daya kebendaan, daya tumbuh-tumbuhan, daya hewaniah,
daya jasmaniah) pada saat mendengar, mencium, mengecap rasa, atau melihat suatu
objek terutama ketika ia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya yaitu makhluk
lain (manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan) dan berbagai objek (benda) yang
diciptakan sendiri oleh manusia.
Bapak Muhammad Subuh
Soemohadiwidjojo sebagai penerima Kathir Ilham Latihan Kejiwaan SUBUD yang
pertama, mengangkat PP wanita dan pria. Secara umum, PP bertugas membantu Bapak
Subuh untuk melayani anggota di kelompoknya masing-masing, mendampingi anggota
SUBUD yang baru di buka, dan melayani masyarakat yang ingin mengetahui lebih
jauh tentang SUBUD dan Latihan Kejiwaan SUBUD.
Bagian 2
MANFAAT LATIHAN KEJIWAAN
SUBUD
Seseorang yang sudah melakukan
Latihan Kejiwaan SUBUD secara teratur, disiplin, tekun dan berkelanjutan, rasa
diri dan kepribadiannya secara normatif dan bertahap akan berkembang sesuai
dengan tuntunan kekuasaan Tuhan yang diterima melalui Jiwanya. Dengan tuntunan
kekuasaan Tuhan yang dirasakannya sendiri, peserta Latihan Kejiwaan SUBUD
biasanya akan mulai peka dengan rasa dirinya sendiri artinya ia akan lebih peka
dengan dirinya sebagai makhluk utama ciptaan Tuhan, dan peka dengan bisikan
nuraninya. Di sinilah sesungguhnya proses pembelajaran pada diri seseorang
melalui Latihan Kejiwaan SUBUD yang secara bertahap akan terus berkembang
sesuai dengan kapasitas Jiwanya menerima kemurahan Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan
kata lain, seseorang yang melakukan Latihan Kejiwaan SUBUD secara teratur akan
belajar secara bertahap untuk mengenal jati dirinya yang akan mengantarkannya
menuju kesempurnaan hidupnya di dunia dan di akhirat. Dengan tahapan
perkembangan rasa diri dan kepribadian manusia seperti itu, perilaku (SUSILA)
seseorang akan tertuntun kearah yang
lebih sempurna sesuai dengan kehendak Tuhan. Rasa dirinya (BUDHI) akan lebih
tajam menanggapi lingkungannya seperti yang dapat dirasakannya melalui panca
indra. Selanjutnya, proses pembelajaran melalui Latihan Kejiwaan SUBUD akan
mengembangkan rasa dirinya ketika ia menjalankan tugas dan kewajiban hidupnya
sebagai makhluk Tuhan yang mulia (DHARMA). Jika proses Latihan Kejiwaan SUBUD
berkembang ke arah seperti itu, pengalaman spiritual peserta Latihan Kejiwaan
SUBUD juga akan berkembang. Susila, Budhi, dan Dharmanya akan memancar keluar
dari pribadi manusia peserta Latihan Kejiwaan SUBUD sebagai makhluk utama
ciptaan Tuhan.
Bagian 3
PERKEMBANGAN LATIHAN
KEJIWAAN SUBUD
Keberadaan Latihan Kejiwaan SUBUD
bukan ditujukan untuk kelompok-kelompok masyarakat tertentu di suatu wilayah
tertentu. Latihan Kejiwaan SUBUD lahir di dunia sebagai anugerah Tuhan bagi
umat manusia di muka bumi ini tanpa membedakan agama, kepercayaan, suku, ras,
politik, dan sosial ekonomi. Melalui Latihan Kejiwaan SUBUD, mereka berbakti
bersama-sama kehadapan Tuhan Yang Maha Esa. Penerimaan manusia atas karunia
Tuhan sesungguhnya sudah sejak lama terjadi. Hanya baru pertama kalinya di
penghujung abad yang lalu, umat manusia bisa dengan mudah menerima bimbingan
kekuasaan Tuhan melalui Latihan Kejiwaan SUBUD meskipun manusia masih tetap
menjalani kehidupannya sehari-hari dan tidak harus menyepikan diri di
tempat-tempat sunyi seperti di gunung, hutan atau di tepi samudra.
Latihan Kejiwaan SUBUD mulai
dirintis oleh Bapak Muhammad Subuh Soemohadiwijojo. Beliau lahir tanggal 22
Juni 1901 di Desa Kedung Jati, Jawa Tengah dan menerima kontak kekuasaan Tuhan
untuk pertama kalinya tahun 1925. Ketika itu, beliau berjalan-jalan di malam
hari di sekitar rumahnya di Semarang, tiba-tiba ada segumpal sinar putih yang
masuk ke dalam dirinya dan menggetarkan seluruh rasa diri beliau. Inilah kontak
dengan kekuasaan Tuhan yang pertama kali beliau terima. Kontak dengan kekuasaan
Tuhan berlanjut terus selama beberapa tahun dalam berbagai bentuk pengalaman
transendental. Berawal dari penerimaan beliau inilah, Latihan Kejiwaan SUBUD
lahir dan diperkenalkan kepada banyak orang sampai saat ini. Harap dibaca buku
otobiografi Bapak Muhammad Subuh untuk mengetahui lebih jauh tentang perjalanan hidup beliau.
Tahun 1933, setelah pengalaman
spiritual dirasakan cukup memadai, Bapak Muhammad Subuh kemudian memperkenalkan
Latihan Kejiwaan SUBUD kepada keluarga, tetangga dan sahabat-sahabat dekat
beliau. Sejak saat itulah, pengikut Latihan Kejiwaan SUBUD terus berkembang
secara bertahap, tapi pasti. Setelah mengamalkan Latihan Kejiwaan SUBUD dan
memperkenalkan kepada banyak peserta, awal tahun 1940-an keluarga Bapak Subuh
pindah ke Yogyakarta. Dari kota inilah perkembangan SUBUD kemudian dimulai.
Bagian 4
PERKEMBANGAN ORGANISASI
SUBUD
Tahun 1947, Perkumpulan Persaudaraan
Kejiwaan (PPK) SUBUD diresmikan di Yogyakarta dan menjadi organ resmi SUBUD
yang menghimpun mereka yang melakukan Latihan Kejiwaan SUBUD. PPK
SUBUD kemudian secara resmi
sudah tercatat di lembaran negara RI pada tgl. 2 Februari 1947.
Tahun
1952, semasih tinggal di
Yogyakarta, Bapak Subuh menyelesaikan buku tembang Jawa yang berceritera tentang filosofi kehidupan manusia yaitu tentang
susunan daya-daya hidup manusia dan pengaruhnya pada sifat-sifat dan kepribadian manusia. Buku yang berisi 20 sloka tembang Jawa,
dikenal dengan buku Susila Budhi
Dharma (SUBUD). Untuk mengetahui
lebih jauh tentang buku SUBUD tersebut, silahkan
dibaca bukunya di masing-masing Cabang/Ranting PPK SUBUD. Setelah penulisan
buku ini, keluarga Bapak Subuh kemudian pindah dan menetap di Jakarta yaitu di
Jalan RS Fatmawati. Saat ini lokasi tersebut dikenal dengan kompleks Wisma
SUBUD Cilandak. Lokasi ini pernah dijadikan tempat kongres SUBUD
internasional tahun 1971. Sebelum wafat, beliau dan keluarga tinggal di kompleks
perumahan SUBUD di Pamulang, Tangerang, Jawa Barat.
Tahun 1957, Bapak Muhammad Subuh
pertama kali memperkenalkan Latihan Kejiwaan SUBUD ke luar negeri. Negara yang
pertama dikunjungi adalah Inggris. Bagaimana Bapak Subuh sampai berangkat ke
London? Ketika Bapak Subuh masih tinggal di Yogyakarta, Bapak membuka seorang
warga negara Cyprus (Yunani) yang bernama Husein Rofe. Yang bersangkutan sudah
berkelana ke banyak negara untuk mencari pengalaman spiritual. Dalam perjalanan
ke Negeri Timur (Asia), dia berjumpa dengan Bapak Subuh yang memperkenalkan
Latihan Kejiwaan SUBUD kepadanya. Ia kemudian merasa apa yang dia cari selama
ini ke Negeri Timur sudah dia dapatkan. Husein Rofe sebagai anggota perkumpulan
Gurdief dunia kemudian menjadi perantara bagi Bapak Subuh melakukan perjalanan
pertama kali ke luar negeri untuk memperkenalkan Latihan Kejiwaan SUBUD kepada
masyarakat dunia. Kelompok pertama yang
diberikan pengenalan tentang Latihan Kejiwaan SUBUD adalah pengikut aliran
Gurdief. Secara kebetulan kelompok ini mengadakan kongresnya di London dan
mempunyai banyak anggota dari banyak negara. Sejak saat itulah, Latihan
Kejiwaan SUBUD dikenal di luar negeri yang kemudian merambah ke banyak negara,
mulai dari Eropa, Amerika, Australia dan negara-negara lainnya di Asia dan
Afrika. Pengenalan Latihan Kejiwaan SUBUD kepada masyarakat internasional
dilakukan hanya melalui kontak pribadi, atau melalui contoh-contoh keteladanan
hidup berdasarkan pengalaman spiritual peserta Latihan Kejiwaan SUBUD. Pola
seperti itu, nampaknya masih terus berlangsung sampai saat ini. Pertanda Bapak
Subuh suatu saat akan pergi keluar negeri untuk memperkenalkan Latihan Kejiwaan
SUBUD kepada banyak umat manusia di dunia sudah beliau alami pada saat menerima
kontak dari kekuasaan Tuhan pertama kalinya tahun 1925. Setelah kunjungan
pertama ke luar negeri, hampir setiap tahun Bapak Subuh mengadakan kunjungan ke
luar negeri, mengunjungi banyak negara di lima benua ini untuk membuka ribuan
peserta Latihan Kejiwaan SUBUD di negara-negara
yang dikunjungi.
Tahun 1959, setelah Latihan
Kejiwaan SUBUD diikuti oleh banyak peserta di luar negeri, kongres
pertama PPK SUBUD sedunia dilaksanakan di Coombe Springs Inggris (silahkan
dibaca bacaan dari kongres ke kongres).
Tahun 1987, Bapak Muhammad Subuh
wafat. Beliau dimakamkan di pemakaman keluarga di Cipanas - Jawa Barat.
Beberapa peninggalan beliau adalah Latihan Kejiwaan SUBUD yang saat
ini sudah berkembang di 80 negara di dunia. Selain itu, Bapak juga sudah
memberikan ceramah kejiwaan di banyak negara. Jumlahnya lebih kurang 1700 buah.
Kumpulan ceramah kejiwaan ini sudah diarsipkan dan diterjemahkan kedalam
berbagai bahasa dunia, dan disebarkan baik melalui buku, rekaman video maupun
DVD. Ada juga Buku Susila Budhi Dharma yang ditulis oleh Bapak Subuh tahun 1952
di Yogyakarta yang saat ini sudah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa dunia.
Menurut beliau, ceramah Bapak Subuh
bukan pelajaran tentang SUBUD, tetapi bisa dibaca oleh peserta Latihan
Kejiwaan SUBUD untuk mempertebal keyakinan dan pemahaman mereka tentang
makna dan hakekat Latihan Kejiwaan SUBUD dan kehidupan
manusia. Dalam mengembangkan Latihan Kejiwaan SUBUD, Bapak mengumpamakan
dirinya sebagai seorang pesuruh sekolah; dia datang paling dulu untuk
membersihkan halaman sekolah, mengatur meja, menyiapkan buku-buku dan segala
sesuatunya yang diperlukan sampai proses belajar mengajar di sekolah dapat
berlangsung dengan baik. Bapak Subuh sudah menyiapkan perangkat organisasi PPK
SUBUD sedunia dilengkapi dengan struktur organisasi dan subsistem administrasi
dan komunikasi yang modern (kongres dan publikasi SUBUD) sejalan dengan
kemajuan peradaban manusia.
Setelah Bapak Subuh meninggal, Ibu
Siti Rahayu Wiryohudoyo - putri sulung beliau, melanjutkan tugas-tugas
memberikan ceramah kejiwaan kepada anggota di seluruh dunia. Kumpulan ceramah
beliau juga sudah bisa dibaca dalam berbagai penerbitan atau didengar melalui
kaset, video dan DVD. Rekaman ceramah Bapak Subuh dan Ibu Rahayu tersimpan
secara rapi di lima pusat arsip SUBUD dunia di Jakarta (Indonesia), Canberra
(Australia), Manchester (Inggris), Tokyo (Jepang), dan Los Angelos (USA).