Salah
satu aliran kepercayaan asli Indonesia bernafaskan Kejawen Islam ini
sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Jauh sebelum era globalisasi
dan pasar bebas, SUSILA BUDHI DHARMA telah tersebar di 80 negara dengan
anggota 20 ribu orang.
Nama Indonesia sebenarnya tidak jelek di dunia internasional. Negeri
yang gemah ripah loh jinawi tata tentrem karta raharja dan kini sedang
sedih karena berbagai aksi radikalisme, anarkisme dan nasionalisme yang
memudar ini, sebenarnya menyimpan kekuatan spiritual yang justeru diakui
di dunia internasional. Kekuatan spiritual ini bisa jadi cara olah
batin untuk mengubah dunia. Salah satu bukti statemen itu adalah
diterimanya salah satu aliran kebatinan Jawa (Kejawen) di dunia
internasional sejak puluhan tahun yang lalu.
Subud didirikan oleh almarhum R. M. Muhammad Subuh Sumohadiwijoyo.
Bapak (panggilan akrabnya di kalangan Subud) menerima latihan secara
spontan (dalam khasanah internal Kebatinan dikatakan telah menerima
WAHYU. Sebutan ini dari kacamata Agama Islam dinilai agak kurang PAS
karena yang menerima wahyu hanya para nabi. Lebih tepatnya menerima
ilham) pada tahun 1925, saat berumur 24 tahun. Subuh bercerita saat
dia menerima wahyu: “Saat itu Bapak (Subuh menyebut dirinya sendiri
dengan sebutan Bapak bukan “saya” atau “Kami” seperti kebanyakan orang)
bekerja di kantor melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Tahu-tahu semua itu berhenti, berakhir. Akal tidak bekerja lagi.
Kemudian Bapak menerima seperti yang akan Saudara terima di dalam
latihan. Bapak tidak mencari ilmu, karena tidak mempunyai guru atau
pengajar. Bapak hanya sekadar menerima, dan itu disebut Mukjizat Allah,
Anugerah Tuhan. Itu hanya diberikan kepada orang kalau orang itu tidak
mencarinya, sepi ing pamrih. Kalau seseorang menyerah dan pasrah dalam
menerima Anugerah Tuhan, maka Tuhan akan memberi Anugerah-Nya…”
Inilah awal sejarah Subud yaitu ketika almarhum R. M. Muhammad Subuh
Sumohadiwijoyo mendapatkan pengajaran langsung dari Tuhan. Kontak ini
disusul dengan masa tiga tahun yang ditandai gejolak luar biasa di dalam
jiwanya. Pada akhir masa itu, doanya terkabul dengan diperolehnya
petunjuk bahwa karunia yang telah diterima beliau tidak hanya untuk
dirinya sendiri dan dapat dibagi-bagikan kepada siapa saja yang
berminat. Hanya disyaratkan bahwa anggota tidak boleh dicari-cari.
Delapan tahun kemudian sejak diterimanya wahyu pertama tersebut, pada
tahun 1933 Muhammad Subuh menamakan apa yang diterimanya ini sebagai
LATIHAN KEJIWAAN. Subud sebagai organisasi kemudian dibentuk dan resmi
berdiri tanggal 1 Pebruari tahun 1947 di Yogyakarta. Pada tanggal 23
Juni 1987, Muhammad Subuh dipanggil Sang Khalik di Jakarta dalam usia 86
tahun.
Muhammad Subuh dikenal para pengikutnya sebagai orang yang winasis,
sakti dan waskita. Salah satu hal yang penting sebagai tonggak yang
membesarkan organisasi ke dunia Internasional yang dipimpin Subuh ini
adalah peristiwa sembuhnya Eva Bartok, artis Inggris setelah sakit
bertahun tahun. Secara pribadi Subuh dikenal pula bertangan dingin dan
mampu mengobati berbagai macam penyakit hanya dengan memasrahkan segala
penyakit ke Tuhan. Apa komentar Subuh saat bisa menyembuhkan Eva
Bartok? “Itu bukan Bapak yang menolong atau menyembuhkannya. Bapak hanya
menunjukkan cara berbakti kepada Tuhan Allah, dan dia sembuh. Eva
menjadi sehat, dan segala-galanya berakhir dengan baik. Bapak hanya
menunjukkan cara berbakti. Kesehatan seseorang adalah perkara antara
orang itu dan Tuhan Allah. Orang lain tidak dapat turut campur tangan…”
Bagi pengagumnya, figur Subuh tak hanya pribadi yang mempesona
auranya, tapi lebih-lebih pesona spiritualnya. Maklum, Subuh bisa
di-artikan sebagai Subud, nama kondang di peta spiritualitas. Subud
adalah sejenis latihan spiritual yang diperoleh Subuh melalui sebuah
pengalaman gaib pada 1925. Jalan spiritual itu kemudian disebut latihan
kejiwaan Subud, kependekan dari Susila Budhi Dharma. Inti latihan
kejiwaan itu berupa pasrah kepada Tuhan.
Manusia, menurut Subud, memiliki akses langsung dan cara yang unik
untuk berhubungan dengan Tuhan. Subud, menurut Suryadi Haryono,
penasihat Yayasan Susila Dharma Indonesia, bukan agama, ajaran, atau
sejenis meditasi. Sebagian kalangan muslim memandang Subud, seperti
aliran kebatinan umumnya, mengabaikan syariat. Benarkah? “Subud tidak
bermaksud memisahkan manusia dari agamanya. Justru melalui proses
pembersihan diri ala Subud, orang semakin mengamalkan ajaran agama,”
kata Suryadi.
Idries Shah (1926-1996), penulis tasawuf kelahiran India, pernah
menyatakan bahwa Subud adalah bentuk popularisasi dari tasawuf dan
latihan kejiwaan. Subud tak ubahnya olah batin cara sufi. Muhammad Subuh
memang pernah berguru kepada Kiai Abdurrahman, guru tarekat
Naqsabandiyah di Kota Semarang. Namun, Subuh menolak penilaian
keterkaitan antara Subud dan tasawuf. Dalam otobiografinya, Subuh
menyatakan bahwa latihan kejiwaan tak diperoleh dari manusia. Sebagai
organisasi, Subud berdiri secara
resmi pada 1947 di Kota Yogya. Pada 1957, markas Subud berpindah ke
kawasan Cilandak, Jakarta. Pengikut Subud hingga 1950-an masih terbatas
di Pulau Jawa. Pada 1995, jumlah mereka secara nasional sekitar 15 ribu
orang, demikian menurut esai ilmiah Robert J. Kyle dari Jurusan
Arkeologi dan Antropologi Universitas Nasional Australia. Mereka tak
hanya datang dari berbagai kelas sosial, tapi juga dari penganut agama
resmi di Indonesia: Islam, Katolik, Protestan, Buddha, dan Hindu.
Sejak 1957, ratusan orang di Amerika Serikat, Eropa, dan Australia
mulai masuk Subud. Penyebaran ini berkat artikel-artikel di koran dan
jurnal Eropa tulisan Husein Rofe, ahli bahasa asal Inggris yang pernah
berguru kepada Subuh. Juga buku-buku lain. Kini jumlah anggota Subud
diperkirakan 20 ribu orang, yang tersebar di 80 negara. Mereka membentuk
organisasi nasional di negara masing-masing dan secara internasional
mendirikan World Subud Association. Lalu, ada juga organisasi Susila
Dharma Internasional, yaitu lembaga swadaya masyarakat yang berafiliasi
pada organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Di Indonesia, pengikut Subud
ber-organisasi di bawah Yayasan Susila Dharma Indonesia. Dan kini
pelatih spiritual tertingginya adalah Siti Rahayu Wiryohudoyo, anak
tertua Subuh.
Subud adalah bagian dari pertumbuhan mistisisme atau sebut saja
gerakan kebatinan di Jawa pasca kemerdekaan. Mereka yang terdaftar di
meja birokrasi pemerintah pada 1970-an berjumlah 350 kelompok. Nama
kelompok itu antara lain Sumarah, Sapta Darma, dan Pangestu. Hanya Subud
yang mendunia. Fenomena itu, menurut studi Robert J. Kyle, adalah
bagian dari pencarian identitas budaya menghadapi gemuruh modernitas
yang mulai menyentuh Indonesia. Ada berbagai pandangan dari beberapa
pengamat, misalnya Koentjaraningrat, tentang faktor kemunculan gerakan
kebatinan di Jawa. Ada yang memandang gerakan itu sebagai pelarian
psikologis masyarakat dalam menghadapi kerasnya kondisi sosial ekonomi,
pe-perangan, kerawanan sosial, dan cepatnya perubahan sosial. Pengamat
lain berpendapat itu merupakan bentuk ketidakpuasan terhadap kurangnya
toleransi dan kecenderungan ritualistik dari kaum beragama. Kegagalan
agama-agama untuk menjadi sumber moralitas juga dituding sebagai biang
keladi. “Semua pandangan itu ada benarnya,” kata Robert dalam esai
ilmiahnya. Apa pun latar sosiologis kelahirannya, kehadiran Subud
terbukti memenuhi dahaga spiritual zaman, terutama di Barat.
***
SUBUD merupakan singkatan SUSILA BUDHI DHARMA. SUSILA menunjukkan
sifat insan yang memiliki tabiat manusia yang sempurna sesuai dengan
kodrat Tuhan. BUDHI berarti bahwa di dalam diri manusia terdapat suatu
daya luhur yang dapat membimbingnya bila ia mampu menginsyafi kehadiran
daya tersebut. DHARMA melambangkan penyerahan manusia kepada Kebesaran
Tuhan Yang Mahakuasa. Latihan kejiwaan Subud adalah praktek rohani
yang merupakan inti eksistensi Persaudaraan Subud. Dalam latihan
kejiwaan Subud, si pelatih menyerah sepenuhnya kepada, membuka rasa
dirinya kepada, dan mengalami kontak langsung dengan Kekuasaan Tuhan.
Selama latihan berlangsung, si pelatih hanya mengikuti apa saja yang
timbul dalam rasa dirinya dari saat ke saat. Pengalaman ini bersifat
sangat pribadi, sehingga masing-masing pelatih akan mengalami hal-hal
yang berbeda-beda. Karena apa yang diterima dalam latihan kejiwaan Subud
bersifat sangat khas dan dalam, maka pengalaman-pengalaman para pelatih
tidak mungkin digambarkan secara memuaskan dengan kata-kata.
Dijelaskan bahwa tujuan utama latihan kejiwaan Subud adalah
memberdayakan kita, dengan menyerah kepada Kekuasaan Tuhan serta
mengikuti petunjuk-Nya, agar lambat laun dapat mencapai keadaan kodrati
kita yang sebenarnya sebagai manusia sempurna, atau insan kamil. Siapa
saja boleh masuk persaudaraan Subud asalkan calon anggota sudah
mencapai umur 17 tahun, telah menjalankan masa percobaan selama tiga
bulan guna mengerti asas dan tujuan Subud, dan tidak ada halangan
apa-apa, maka barang siapa akan diterima sebagai anggota Subud.
Subud bukanlah organisasi atau sekte yang eksklusif, karena menerima
anggota dari segala macam agama, maupun mereka yang belum beragama. Oleh
karena esensi Subud adalah kebaktian kepada Tuhan Yang Mahakuasa, maka
tidak ada alasan untuk terjadinya konflik dengan agama yang diyakini.
Malah sebaliknya, banyak anggota Subud yang mengaku setelah mengikuti
latihan kejiwaan mulai menghayati agamanya sendiri dan menghormati
agama-agama orang lain. Latihan kejiwaan Subud dimulai dengan
PEMBUKAAN. Selama beberapa bulan setelah dibuka, seseorang yang baru
menjadi anggota dianjurkan melakukan latihan dua kali seminggu selama
setengah jam. Bila sudah cukup terbiasa menerima latihan, dia akan
dibenarkan berlatih tiga kali seminggu.
Latihan kejiwaan Subud dapat dilakukan baik dalam kelompok maupun
sendirian. Bila keadaan memungkinkan, idealnya ialah berlatih dua kali
seminggu dalam grup dan sekali seminggu seorang diri. Kini, di
berbagai komunitas di seluruh dunia terdapat sebanyak 385 grup Subud.
Komite-komite setempat mengusahakan sarana latihan. Di sebagian besar
negeri tempat Subud berakar ada organisasi nasional yang mengadakan
kongres berkala agar para anggota dapat baik bersilatulrahmi maupun
berbakti bersama kepada Tuhan Yang Mahaesa. Semua organisasi nasional
mengambil bagian dalam Asosiasi Subud Sedunia (World Subud Association,
WSA) dan memilih direktur dan pejabatnya. WSA mensponsori kongres
internasional yang diselenggarakan tiap empat tahun sekali. Pada tahun
1997 kongres tersebut akan diadakan di kota Spokane, Washington, Amerika
Serikat. Kongres-kongres sebelumnya diadakan di Kolombia, Australia,
Inggris, Kanada, Jerman, Indonesia, Jepang, dan Amerika Serikat.
Dalam salah satu transkrip ceramahnya kepada para calon anggota Subud
di Singapura, pada 16 April 1960 Muhammad Subuh mengatakan bahwa Subud
bukanlah agama baru, juga bukan sebagian agama yang sudah ada, apalagi
suatu ilmu. Subud hanya merupakan lambang cara hidup manusia sempurna.
Susila Budhi Dharma oleh sebab itu merupakan lambang tindak-tanduk
manusia di dalam latihan kejiwaan Subud, artinya apa saja yang terjadi
di dalam latihan kejiwaan Subud sungguh-sungguh merupakan Kehendak Tuhan
dan terjadi karena memang demikianlah Kehendak Tuhan atas diri kita.
Itu amat cocok dengan kitab bahwa Tuhan selalu dekat pada manusia, atau
bahwa manusia sangat dekat pada Tuhan, bahwa Tuhan memberikan apa saja
yang dibutuhkan manusia, dan bahwa manusia dapat menerima apa saja yang
diberi oleh Tuhan. Apa yang harus kita serahkan kepada Tuhan? “Bukan
harta benda kita, bukan apa yang kita cintai, apalagi apa yang kita
miliki, karena Tuhan tidak membutuhkan semua itu. Yang harus kita
serahkan ialah akal-pikiran, hati, dan nafsu, karena itu semua merupakan
alat-alat yang selalu menghalang-halangi kita kalau mau dekat pada
Tuhan..” kata Muhmmad Subuh.
Menurut Subuh, Tuhan memerintah tanpa perkakas atau bahan, sedangkan
manusia, kalau mau membuat suatu barang, membutuhkan, misalnya, meja,
kayu, paku, martil, dan alat-alat lainnya. Untuk bisa membuat bom atom,
manusia membutuhkan alat-alat yang lebih banyak lagi untuk mengubah
bahan baku menjadi bom atom. Tetapi semua itu tadi tidak diperlukan
Tuhan. Tuhan Allah mencipta tanpa perkakas dan bahan. Di sini terang
sekali bahwa untuk dapat mengerti Kehendak Tuhan tidak ada jalan lain
buat manusia kecuali betul-betul menyerah, karena hati dan akal
pikirannya tidak mungkin akan dapat bertemu dengan Tuhan. “Itulah yang
kita lakukan dalam latihan kejiwaan. Kita hanya menyerah saja tanpa
menggunakan akal-pikiran, hati, dan nafsu, karena tugas kita ialah hanya
sekadar menerima jatah yang Tuhan catukan kepada kita. Demikianlah
dapat dimengerti bahwa Subud itu hanya merupakan lambang kehidupan
manusia yang wajib menurut Kehendak Tuhan melulu serta melaksanakan
Perintah-Nya di dunia, dan demikian pula di akhirat.” Ujar Subuh.
Itulah karenanya maka dalam mengikuti latihan kejiwaan Subud kita
tidak mempunyai ajaran, tidak ada yang perlu kita pelajari, karena yang
dihendaki tidak lain kecuali sungguh-sungguh menyerah. Siapa saja yang
mengatakan bahwa ia tahu di mana jalan menuju ke Tuhan sebenarnya
mendahului pemberian Tuhan sebelum ia dapat menerimanya. Tidak ada yang
perlu kita lakukan kecuali menerima apa yang diberi-Nya, atau apa yang
menjadi Kehendak Tuhan atas diri kita. Itulah sabda sejati para nabi,
“Asal engkau pasrah kepada Tuhan dengan ikhlas dan jujur, Tuhan akan
memayungi dan menuntun dirimu.”
Di dalam latihan kejiwaan kita tidak mempunyai kemauan satu pun.
Menurut Subuh, kita tidak mempunyai permohonan satu pun. Kita hanya
sekadar menerima apa saja yang Tuhan berikan. Tidak patut kalau kita
meniru atau mencontoh orang lain. Kita masing-masing harus menemukan dan
menempuh jalan sendiri ke Tuhan. Biasanya, kalau berguru, seorang murid
banyak diajari untuk melakukan persis apa yang dilakukan oleh gurunya,
agar ia dapat menggayuh apa yang telah tercapai oleh sang guru.
Sebenarnya itu keliru, sebab jangankan di antara guru dan
murid-muridnya, di antara saudara kandung saja sudah banyak
perbedaannya. Dengan demikian tentunya kita dapat mengerti bahwa jalan
yang cocok untuk seorang guru dalam hal menemukan Tuhan, belum tentu
cocok untuk murid-muridnya. Subuh menjelaskan kalau kita
sungguh-sungguh sudah benar-benar dapat mengenal aspek halus kita, maka
di dalam segala hal kita akan dituntun oleh Kekuasaan Tuhan, sebab
Kekuasaan Tuhanlah yang bekerja di dalam dan di luar kita, sehingga di
mana saja, di kantor atau sedang menyetir mobil, atau melakukan apa
saja, kita akan selalu dituntun oleh Kekuasaan Tuhan. Sungguh jelas apa
yang tersabda di dalam Alquran, “Sebelum bertindak, ucapkanlah
bismillaahir rahmaanir rahiim.
Itu, kata Subuh, mengandung arti bahwa kita mengikuti Tuntunan Tuhan
dan hanya akan melakukan apa yang dititahkan-Nya. Saudara tidak akan
tergesa-gesa bertindak dan baru setelah itu ingat Tuhan, sehingga
menyesal, merasa kecewa dengan apa yang telah Saudara lakukan. Kalau
sebelum kita mulai bekerja Tuhan Allah selalu ada di dalam kesadaran
kita, maka segala apa yang kita kerjakan nanti akan benar. “Itu juga
mengandung arti bahwa kita tidak boleh bertindak tanpa Tuntunan Tuhan,
karena jika Tuhan Allah kita lupakan, kita tidak akan mendapat
Pertolongan-Nya kalau ternyata tindakan kita salah. Kekuasaan yang kita
saksikan, hanya untuk meyakinkan bahwa Kekuasaan Tuhan Yang Mahakuasa
bekerja di dalam kita, tidak ada hanya di dalam diri kita, melainkan
juga ada di dalam tiap-tiap ciptaan. Itulah sebabnya, maka di dalam
latihan kejiwaan kita tidak akan merugikan agama kita masing-masing. Apa
yang kita alami dan lakukan akan berasal dari Kehendak Tuhan, dan kita
hanya membuka apa yang sudah ada di dalam kita,” ujar Subuh.
Oke deh, salam damai di alam kelanggengan buat Pak Subuh.
wongalus