Tuesday, October 3, 2017
Ronggolawe
Iman
Beranda20+
Permintaan Pertemanan
Pesan
1
Pemberitahuan
Pengaturan Akun
Bahasa Indonesia · English (US) · Basa Jawa · Español · Português (Brasil)
Privasi · Ketentuan · Iklan · Pilihan Iklan
· Cookie ·
Lainnya
Facebook © 2017
Adi Narendra Parameswara
2 jam ·
RANGGA LAWE PANGLIMA PERANG MAJAPAHIT YANG DI ANGGAP PEMBERONTAK
Dikisahkan kembali oleh sri narendra parameswara 085725443399
Walaupun mungkin namanya tidak se-ngehits Gajahmada atau juga Prabu Hayamwuruk, namun Ranggalawe atau Ronggolawe merupakan tokoh penting di balik berdirinya salah satu kerajaan terbesar di Nusantara, Mahapahit.
Dalam sejarah tercatat bahwa sebelum Majapahit ada dan berdiri, Ranggalawe merupakan salah satu pengikut setia Raden Wijaya. Dia ikut berjuang untuk mendirikan kerajaan terbesar di Pulau Jawa dan termasyur di seluruh Nusantara itu.
Sayangnya, namanya tenggelam oleh popularitas tokoh-tokoh lain dan juga karena dia harus meninggal karena melakukan memberontak. Walaupun begitu, Ranggalawe tetap dikenang dan diabadikan sebagai pahlawan oleh mayoritas masyarakat Tuban, Jawa Timur, hingga sekarang ini.
Mungkin bagi Anda sekalian yang belum begitu kenal atau paham akan sosok Ranggalawe ini, tidak ada salahnya untuk mengikut beberapa informasi sejarah terkait dirinya tersebut.
1. Masa kecil dan remaja
Memang tidak banyak sejarah yang menceritakan kisah masa kecil sampai remaja dari Ronggolawe, akan tetapi sedikit informasi, Ronggolawe merupakan anak dari seorang tokoh Singosari yang memiliki reputasi cukup moncer di zamannya, yaitu Arya Wiraraja. Dia berhasil menduduki jabatan terhormat di kerajaan sebagai penasehat pemerintahan pada usianya yang tergolong masih muda.
Arya Wiraraja yang memiliki jabatan Demung Nyapati (Rakyan Demung) atau jabatan tinggi negara yang dekat denga raja ini mendapatkan mandat dari pemerintahan Singosari untuk menjadi Bupati Songenep (Sumenep), di pulau yang menjadi tanah kelahiran Arya Dhikara, Pulau Madura.
2. Membantu lahirnya Majapahit
Dari kecil hingga remaja, Arya Dhikara tumbuh berkembang di pulau penghasil garam tersebut dan pada saat usianya sudah menginjak dewasa, dia diutus oleh ayahnya untuk membantu Sri Rajasa Jayawardhana atau Raden Wijaya, membuka Hutan Tarik di sebelah barat Sidoarjo untuk dijadikan sebuah desa dengan nama Majapahit.
[Image source Jedasastra.blogspot.com]
[Image source Jedasastra.blogspot.com]
Beberapa saat setelah membantu Raden Wijaya membuka lahan, tentara Mongol yang dipimpin Shihpi, Kau Hsing dan Ike Mese berjumlah sektar 20 ribu orang menyerbu Pulau Jawa untuk membalas perlakuan pemerintahan Kartanegara terhadap utusan Kubilai khan, Meng Ki.
Kedatangan pasukan Tar-tar ini ternyata dimanfaatkan oleh Raden Wijaya dan Arya Wiraraja untuk memerangi Jayakatwang yang dipimpin Raja Glanggang dari Kediri. Setelah berhasil menggunakan ‘bantuan’ dari pasukan Tar-tar, Kediri akhirnya berhasil di kalahkan dan secara tiba-tiba pasukan Raden Wijaya dan Arya Wiraraja serta Arya Dhikara berbalik menyerang bala tentara luar itu. Setelah tentara Tar-tar terusir dari pulau Jawa, pada tahun 1293, Majapahit resmi diplokamirkan menjadi sebuah kerajaan.
3. Penobatan dan pemberian gelar
Atas jasanya itu, Arya Dhikara dinobatkan sebagai penguasa sebuah daerah di pinggiran Pulau Jawa yang juga merupakan pelabuhan utama di Jawa Timur dan kini dikenal dengan nama Tuban. Selain itu, Raden Wijaya juga memberikan gelar kehormatan kepada Arya Dhikara, yaitu Ranggalawe karena berhasil mengumpulkan pasukan kavaleri dengan kekuatan 700 personil.
Menurut pakar sejarah, Ranggalawe sendiri merupakan gabungan dari 2 kata, yaitu Rangga yang memiliki artian ksatria atau pegawai kerajaan, sedangkan Lawe merupakan sinonim dari wenang, benang atau menang yang artinya kekuasaan atau kemenangan. Jadi jika keduanya digabung akan memiliki artian ksatria pemenang.
Namun ada kabar sejarah lain yang menyatakan bahwa penguasa Tuban pertama bukanlah Ranggalawe, melainkan Arya Dandang Wacana. Akan tetapi menurut beberapa prasasti dan bukti lain, justru tidak pernah disebutkan bahwa Arya Dandang wacana adalah penguasa pertama Tuban, melainkan adalah Ranggalawe.
4. Ranggalawe memberontak karena haus kekuasaan?
Banyak buku sejarah yang mengatakan bahwa Ranggalawe adalah pemberontak, namun ada juga yang mengatakan dia mati karena justru ingin menyelamatkan Majapahit.
Dari versi satu menyebutkan bahwa saat Majapahit meraih masa keemasan, Ranggalawe memantapkan diri untuk menjadi pengikut setia dan bertekad mengabdi seumur hidupnya kepada Raden Wijaya dengan menjabat sebagai patih.
Sayangnya, apa yang diimpikannya tidak terwujud karena Raden Wijaya justru mengangkat seseorang bernama Pu Nambi untuk menjadi patih. Ranggalawe marah karena merasa Pu Nambi tidak memiliki andil atas berdirinya Majapahit tapi dia justru diangkat menjadi patih. Akhirnya dari situlah Ranggalawe melakukan pemberontakan dan berujung pada kematiannya.
Di versi lainnya, Ranggalawe memang kecewa dengan keputusan pengangkatan Pu Nambi sebagai patih. Dia merasa ada orang yang harus disalahkan atas pengangkatan itu dan berhasil menghasut Raden Wijaya. Akhirnya diketahui dalang semua kekisruhan intern Majapahit berasal dari Mahapati Halayudha.
Bahkan ketika dia terlambat mengirimkan upeti kepada Raden Wijaya karena masyarakat Tuban sedang paceklik, sang raja tidak mau tahu dan mengatakan bahwa ada pembangkangan yang sengaja dilakukan Ranggalawe. Dikarenakan hal itulah, Ranggalawe semakin kecewa dan merasa tidak lagi mengenal sosok Raden Wijaya yang dia kagumi dulu. Karena kekecewaannya itu dan ingin menyelamatkan Majapahit dari kehancuran, Ranggalawe melakukan pemberontakan yang berujung pada kematiannya di tangan sahabat karibnya sendiri, Rakryan Mahamentri Sarwajala Kebo Anabrang.
5. Jasad dan kuburannya menjadi misteri
Setelah kematiannya, bukan hanya sang ayah, Arya Wiraraja saja, Raden Wijaya dan Kebo Anabrang juga turut bersedih karena menganggap bahwa Ranggalawe memiliki andil besar atas pendirian Majapahit. Namun sayangnya, hingga kini tidak ada seorang pun yang mengetahui di mana letak kuburan sang legenda Tuban tersebut.
Ada yang menyebutkan bahwa dia dikuburkan di sebuah tempat yang berada di Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Tuban. Sekitar 400 Meter dari kompleks Wisata Religi makam Sunan Bonang. tempat tersebut merupakan areal pemakaman Islam, namun pada saat itu, Ronggolawe beragama Hindu. Cerita lain menyebutkan bahwa jasadnya dibakar dan abunya dilarung di Laut Jawa.
Walaupun dicap sebagai pemberontak, namun masyarakat Tuban tetap menghormati Ranggalawe sebagai tokoh besar dan pahlawan. Bahkan di Tuban, ada banyak sekali patung dan monumen yang didirikan untuk menghormati dirinya serta penggunaan ciri khas Ranggalawe yaitu kuda hitam sebagai lambang Tuban.
salam dari puri paseban agung ,prameswara
Foto Adi Narendra Parameswara.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment