Thursday, October 12, 2017

117 Anak2 Brawijaya

Gunarso Hudiwijanto 18 Juli · 117 anak Brawijaya V Raja terakhir Majapahit, Brawijaya V, memiliki 117 orang putera-puteri dari beberapa isteri dan banyak selir. Permaisuri maupunselir-selir itu kebanyakan adalah upeti dari kerajaan atau penguasa lain yang tunduk atau mengakui eksistensi Majapahit. Tentu saja jumlahnya banyak sekali, mengingat luasnya wilayah Majapahit dan banyaknya negeri lain yang mengakui eksistensi Majapahit. Sebagai raja tentu saja sang Prabu tidak mungkin bisa menolak upeti atau persembahan yang cantik-cantik tersebut. Selain bisa mencederai persahabatan dengan kerajaan-kerajaan lain, juga tak baik menolak persembahan dari daerah-daerah taklukan. Banyaknya putera-puteri sang Prabu tersebut, di sisi lain bermanfaat melestarikan kekuasaan untuk wilayah kekuasaan yang begitu luas. Setelah dewasa beberapa putera Brawijaya V diberi jabatan bupati atau adipati dan ditugaskan jadi penguasa di berbagai wilayah kekuasaan Majapahit. Beberapa anak perempuan dinikahkan dengan penguasa atau anak penguasa lain sebagai tanda pengikatan. Dengan cara begini diharapkan seluruh wilayah kekuasaan dan seluruh tali persahabatan dengan kerajaan lain bisa terus dikendalikan dan dilestarikan. Ini membuktikan betapa luasnya wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit pada saat itu. 117 Putera-puteri Prabu Brawijaya V : 1. Raden Jaka Dilah (Aryo Damar) – dijadikan Adipati Palembang 2. Raden Jaka Pekik (Harya Jaran Panoleh) – Adipati Sumenep 3. Putri Ratna Pambayun, menikah dengan Prabu Srimakurung Handayaningrat 4. Raden Jaka Peteng 5. Raden Jaka Maya (Harya Dewa Ketuk) – dijadikan adipati di Bali 6. Dewi Manik – menikah dengan Hario Sumangsang Adipati Gagelang 7. Raden Jaka Prabangkara – pergi ke negeri sahabat, Cina 8. Raden Harya Kuwik – dijadikan Adipati Borneo/Kalimantan 9. Raden Jaka Kutik (Harya Tarunaba) – dijadikan Adipati Makasar 10. Raden Jaka Sujalma – jadi adipati Suralegawa di Blambangan 11. Raden Surenggana – tewas dalam peristiwa penyerbuan Demak 12. Retno Bintara – menikah dengan Adipati Nusabarung, Tumenggung Singosaren 13. Raden Patah – dijadikan Adipati & Sultan Demak 14. Raden Bondan Kejawan, Ki Ageng Tarub III – menurunkan raja-raja Mataram Islam 15. Retno Kedaton – muksa di Umbul Kendat Pengging 16. Retno Kumolo (Raden Ayu Adipati Jipang) – menikah dengan Ki Hajar Windusana 17. Raden Jaka Mulya (Raden Gajah Permada) 18. Putri Retno Mas Sakti – menikah dengan Juru Paningrat 19. Putri Retno Marlangen – menikah dengan Adipati Lowanu; 20. Putri Retno Setaman – menikah dengan Adipati Jaran Panoleh di Gawang; 21. Retno Setapan – menikah dengan Bupati Kedu Wilayah Pengging, Harya Bangah 22. Raden Jakar Piturun – dijadikan Adipati Ponorogo dikenal sebagai Betara Katong 23. Raden Gugur – hilang/muksa di Gunung Lawu 24. Putri Kaniten – menikah dengan Hario Baribin di Madura 25. Putri Baniraras – menikah dengan Hario Pekik di Pengging 26. Raden Bondan Surati – tewas “mati obong” di Hutan Lawar Gunung Kidul 27. Retno Amba – menikah dengan Hario Partaka 28. Retno Kaniraras 29. Raden Ariwangsa 30. Raden Harya Suwangsa – Ki Ageng Wotsinom di Kedu 31. Retno Bukasari – menikah dengan Haryo Bacuk 32. Raden Jaka Dandun – nama gelar Syeh Belabelu 33. Retno Mundri (Nyai Gadung Mlati) – menikah dengan Raden Bubaran dan muksa di Sendak Pandak Bantul 34. Raden Jaka Sander – nama gelar Nawangsaka 35. Raden Jaka Bolod – nama gelar Kidangsoka 36. Raden Jaka Barak – nama gelar Carang Gana 37. Raden Jaka Balarong 38. Raden Jaka Kekurih/Pacangkringan 39. Retno Campur 40. Raden Jaka Dubruk/Raden Semawung/Pangeran Tatung Malara 41. Raden Jaka Lepih/Raden Kanduruhan 42. Raden Jaka Jadhing/Raden Malang Semirang 43. Raden Jaka Balurd/Ki Ageng Megatsari/Ki Ageng Mangir I 44. Raden Jaka Lanangm – dimakamkan di Mentaok Jogja 45. Raden Jaka Wuri 46. Retno Sekati 47. Raden Jaka Balarang 48. Raden Jaka Tuka/Raden Banyak Wulan 49. Raden Jaka Maluda/Banyak Modang – dimakamkan di Prengguk Gunung Kidul 50. Raden Jaka Lacung/Banyak Patra/Harya Surengbala 51. Retno Rantam 52. Raden Jaka Jantur 53. Raden Jaka Semprung/Raden Tepas – dimakamkan di Brosot Kulonprogo 54. Raden Jaka Gambyong 55. Raden Jaka Lambare/Pecattanda – dimakamkan di Gunung Gambar, Ngawen, Gunung Kidul 56. Raden Jaka Umyang/Harya Tiran 57. Raden Jaka Sirih/Raden Andamoing 58. Raden Joko Dolok/Raden Manguri 59. Retno Maniwen 60. Raden Jaka Tambak 61. Raden Jaka Lawu/Raden Paningrong 62. Raden Jaka Darong/Raden Atasingron 63. Raden Jaka Balado/Raden Barat Ketigo 64. Raden Beladu/Raden Tawangtalun 65. Raden Jaka Gurit 66. Raden Jaka Balang 67. Raden Jaka Lengis/Jajatan 68. Raden Jaka Guntur 69. Raden Jaka Malad/Raden Panjangjiwo 70. Raden Jaka Mareng/Raden Pulangjiwo 71. Raden Jaka Jotang/Raden Sitayadu 72. Raden Jaka Karadu/Raden Macanpura 73. Raden Jaka Pengalasan 74. Raden Jaka Dander/Ki Ageng Gagak Aking 75. Raden Jaka Jenggring/Raden Karawita 76. Raden Jaka Haryo 77. Raden Jaka Pamekas 78. Raden Jaka Krendha/Raden Harya Panular 79. Retna Kentringmanik 80. Raden Jaka Salembar/Raden Panangkilan 81. Retno Palupi – menikah dengan Ki Surawijaya (Pangeran Jenu Kanoman) 82. Raden Jaka Tangkeban/Raden Anengwulan – dimakamkan di Gunung Kidul 83. Raden Kudana Wangsa 84. Raden Jaka Trubus 85. Raden Jaka Buras/Raden Salingsingan – dimakamkan di Gunung Kidul 86. Raden Jaka Lambung/Raden Astracapa/Kyai Wanapala 87. Raden Jaka Lemburu 88. Raden Jaka Deplang/Raden Yudasara 89. Raden Jaka Nara/Sawunggaling 90. Raden Jaka Panekti/Raden Jaka Tawangsari/Pangeran Banjaransari dimakamkan di Taruwongso Sukoharjo 91. Raden Jaka Penatas/Raden Panuroto 92. Raden Jaka Raras/Raden Lokananta 93. Raden Jaka Gatot/Raden Balacuri 94. Raden Jaka Badu/Raden Suragading 95. Raden Jaka Suseno/Raden Kaniten 96. Raden Jaka Wirun/Raden Larasido 97. Raden Jaka Ketuk/Raden Lehaksin 98. Raden Jaka Dalem/Raden Gagak Pranala 99. Raden Jaka Suwarna/Raden Taningkingkung 100. Raden Rasukrama menikah dengan Adipati Penanggungan 101. Raden Jaka Suwanda/Raden Harya Lelana 102. Raden Jaka Suweda/Raden Lembu Narada 103. Raden Jaka Temburu/Raden Adangkara 104. Raden Jaka Pengawe/Raden Sangumerta 105. Raden Jaka Suwana/Raden Tembayat 106. Raden Jaka Gapyuk/Ki Ageng Pancungan 107. Raden Jaka Bodo/Ki Ageng Majasto 108. Raden Jaka Wadag/Raden kaliyatu 109. Raden Jaka Wajar/Seh Sabuk Janur 110. Raden Jaka Bluwo/Seh Sekardelimo 111. Raden Jaka Sengara/Ki Ageng Pring 112. Raden Jaka Suwida 113. Raden Jaka Balabur/Raden Kudanara Angsa 114. Raden Jaka Taningkung 115. Raden Retno Kanitren 116. Raden Jaka Sander (Harya Sander) 117. Raden Jaka Delog/Ki Ageng Jatinom Klaten Ada 8 putera Brawijaya V ditugaskan dan berkedudukan di pulau Bali, diiringi oleh banyak punggawa/abdi dalem dan rakyat pengikutnya. Di tempat tujuan mereka mendirikan kerajaan baru dan di kemudian hari mereka menurunkan para raja Bali. Kelompok yang pindah ke Bali ini menjadi kelompok yang selamat dari pembasmian, ketika Demak menghancurkan Majapahit, karena tidak terjangkau oleh kejaran lawan politik. Sementara itu kebanyakan putra-putri Brawijaya V yang lain terpaksa harus menyelamatkan diri dan bertebaran ke berbagai tempat. Sebagian dari mereka melarikan diri bersembunyi ke hutan atau gunung. Seperti misalnya di Pandak, Bantul, di situ dikenal satu makam Kyai Ewer/Klewer. Dia adalah prajurit Majapahit yang dikejar tentara Demak, bersembunyi di tanah tandus dan bajunya sobek-sobek (pating klewer). Ini yang menguatkan kesimpulan bahwa apa yang dikisahkan dalam Serat Darmagandul, sekalipun serat itu lebih berbentuk sebagai sebuah buku sastra ketimbang buku sejarah, bahwa Majapahit memang runtuh oleh Demak diteruskan dengan pembantaian besar-besaran. Majapahit runtuh diserbu oleh Raden Patah yang adalah putera Brawijaya V sendiri. Raden Patah berani melanggar pesan sang eyang, Sunan Ampel, akibat bujukan halus Sunan Kudus dan para sunan yang lain. Apalagi pada waktu itu, Sunan Ampel sudah wafat. Catatan sejarah lain menyebutkan bahwa kerajaan Cirebon dan para wali adalah arsitek dan pendukung utama penyerbuan tersebut. Sedangkan sang Prabu Brawijaya V konon merasa serba-salah menghadapi puteranya sendiri. Para prajurit pun menjadi setengah hati dan kurang semangat berperang. Setelah pertempuran yang berkepanjangan, akhirnya Majapahit pun dikalahkan. Paska kemenangan Demak dan para sekutunya, terjadi pembumi-hangusan yang sistematik terhadap kekuatan politik maupun warisan budaya Majapahit. Peristiwa “pembunuhan” Ki Ageng Kebo Kenongo oleh Sunan Kudus adalah atas perintah Raden Patah dan ini menjadi salah satu petunjuk akan benarnya kesimpulan tersebut. Tak lama setelah Demak menghancurkan Majapahit, maka seluruh pengganggu potensial harus juga disingkirkan, lepas dari mereka benar-benar akan jadi mengganggu atau tidak.

No comments:

Post a Comment