LAKU PRIHATIN DAN TIRAKAT
Kebatinan adalah sesuatu yang dirasakan manusia pada batin yang paling
dalam, dan terjadi pada siapa saja, termasuk pada orang-orang yang
sangat tekun dan murni dalam agamanya, karena setiap agama pun
mengajarkan juga tentang apa yang dirasakan hati dan batin, mengajarkan
untuk selalu membersihkan hati, bagaimana harus berpikir dan bersikap,
dsb. Dalam masing-masing firman dan sabda terkandung makna kebatinan
yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Bahkan
panggilan yang dirasakan seseorang untuk beribadah, itu juga batin. Dan
di dalam batin tersimpan sebuah kekuatan yang besar jika dilatih dan
diolah. Kekuatan batin menjadi kekuatan hati dalam menjalani hidup dan
memperkuat keimanan seseorang.
Ajaran kebatinan kejawen pada
dasarnya adalah pemahaman dan penghayatan kepercayaan orang Jawa
terhadap Tuhan. Kejawen atau Kejawaan (ke-jawi-an) dalam pandangan umum
berisi kesenian, budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi
orang-orang Jawa. Kejawen mencerminkan spiritualitas orang Jawa. Ajaran
kejawen tidak terpaku pada aturan yang formal seperti dalam agama,
tetapi menekankan pada konsep “keseimbangan dan keharmonisan hidup”.
Kebatinan Jawa merupakan tradisi dan warisan budaya leluhur sejak jaman
kerajaan purba, jauh sebelum hadirnya agama-agama di pulau Jawa, yang
pada prakteknya, selain berisi ajaran-ajaran budi pekerti, juga diwarnai
ritual-ritual kepercayaan dan ritual-ritual yang berbau mistik.
Secara kebatinan dan spiritual dipahami bahwa kehidupan manusia di alam
ini hanyalah sementara saja, yang pada akhirnya nanti semua orang akan
kembali lagi kepada Sang Pencipta. Manusia, bila hanya sendiri, adalah
bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, lemah dan fana. Karena itulah manusia
harus bersandar kepada kekuatan dan kekuasaan yang lebih tinggi (roh-roh
dan Tuhan), dan beradaptasi dengan lingkungan alam dan memeliharanya,
bukan melawannya, apalagi merusaknya. Lebih baik untuk menjaga sikap dan
tidak membuat masalah. Memiliki sedikit lebih baik, daripada berambisi
mencari ‘lebih’. Dengan demikian idealisme kebatinan jawa menuntun
manusia pada sikap menerima, sabar, rendah hati, sikap tahu diri,
kesederhanaan, suka menolong, tidak serakah, tidak berfoya-foya /
berhura-hura, dsb. Idealisme inilah yang menjadikan manusia hidup
tenteram dan penuh rasa syukur kepada Tuhan.
Mereka terbiasa hidup sederhana dan apapun yang mereka miliki akan mereka syukuri sebagai karunia Allah.
Mereka percaya adanya 'berkah' dari roh-roh, alam dan Tuhan, dan
kehidupan mereka akan lebih baik bila mereka 'keberkahan'. Karena itu
dalam budaya Jawa dikenal adanya upaya untuk selalu menjaga perilaku,
kebersihan hati dan batin dan ditambah dengan laku prihatin dan tirakat
supaya hidup mereka diberkahi. Mereka tekun menjalankan “laku” untuk
pencerahan cipta, rasa, budi dan karsa.
Laku adalah usaha / upaya.
Prihatin adalah sikap menahan diri, menjauhi perilaku bersenang-senang enak-enakan.
Tirakat adalah usaha-usaha tertentu sebagai tambahan, untuk terkabulnya suatu keinginan.
Hakekat dan tujuan dari laku prihatin dan tirakat adalah usaha untuk
menjaga agar kehidupan manusia selalu 'keberkahan', selamat dan
sejahtera dalam lindungan Tuhan, agar dihindarkan dari
kesulitan-kesulitan dan terkabul keinginan-keinginannya. Proses laku
mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang agar selalu bersikap
positif dan menjauhi hal-hal yang bersifat negatif dan tidak bijaksana,
demi tercapainya tujuan hidup.
Di luar segala bentuk laku
prihatin yang dijalankan manusia, ada laku lain yang sifatnya sangat
mendasar, yaitu puasa hati dan batin, senantiasa menjaga sikap hati dan
batin, yang dalam kesehariannya dilakukan tanpa kelihatan bentuk
lakunya.
Laku prihatin yang biasa dilakukan pada dasarnya adalah :
1. Membersihkan hati dan batin dan membentuk hati yang tulus dan iklas.
2. Hidup sederhana dan tidak tamak, selalu bersyukur atas apa yang dimiliki.
3. Mengurangi makan dan tidur.
4. Tidak melulu mengejar kesenangan hidup.
5. Menjaga sikap eling lan waspada.
Di dalam tradisi spiritual kejawen, seorang penghayat kejawen biasa
melakukan puasa dan laku prihatin dengan hitungan hari tertentu,
biasanya disesuaikan dengan kalender jawa, misalnya puasa senin-kamis,
wetonan, selasa kliwon, jum'at kliwon, dsb.
Puasa tersebut
dimaksudkan untuk menjadikan hidup mereka lebih 'bersih' dan keberkahan,
sekaligus juga bersifat kebatinan, yaitu untuk memelihara kepekaan
batin dan memperkuat hubungan mereka dengan saudara kembar gaib mereka
yang biasa disebut 'Sedulur Papat', sehingga puasa itu juga memelihara
'berkah' indera keenam seperti peka firasat, peka terhadap petunjuk
gaib / pertanda, peka tanda-tanda alam, dsb.
Laku prihatin pada
prinsipnya adalah perbuatan sengaja untuk menahan diri terhadap
kesenangan-kesenangan, keinginan-keinginan dan nafsu / hasrat yang tidak
baik dan tidak bijaksana dalam kehidupan. Laku prihatin juga
dimaksudkan sebagai upaya menggembleng diri untuk mendapatkan
'ketahanan' jiwa dan raga dalam menghadapi gelombang-gelombang dan
kesulitan hidup. Orang yang tidak biasa laku prihatin, tidak biasa
menahan diri, akan merasakan beratnya menjalani laku prihatin.
Laku prihatin dapat dilihat dari sikap seseorang yang menjalani hidup
ini secara tidak berlebih-lebihan. Idealnya, hidup ini dijalani secara
proporsional, selaras dengan apa yang benar-benar menjadi kebutuhan
hidup, dan tidak melebihi batas nilai kepantasan atau kewajaran (tidak
berlebihan dan tidak pamer). Walaupun kepemilikan kebendaan seringkali
dianggap sebagai ukuran kualitas dan keberhasilan hidup seseorang, dan
sekalipun seseorang sudah jaya dan berkecukupan, laku prihatin dapat
dilihat dari sikapnya yang menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang
tidak baik, tidak pantas, tidak bijaksana, dan menahan diri dari
perilaku konsumtif berlebihan. Menjalani laku prihatin juga tidak sama
dengan menahan diri karena hidup yang serba kekurangan.
Laku prihatin melandasi perbuatan yang bermoral.
Prihatinnya Orang Miskin Harta.
Walaupun seseorang kekurangan harta, tetapi dia tidak mengisi hidupnya
dengan kesedihan, rasa iri dan dengki dan tidak mengejar kekayaan dengan
cara tercela. Tetap hidup sederhana sesuai kebutuhannya dan tidak
menginginkan sesuatu yang bukan miliknya. Walaupun tidak dapat memenuhi
keinginan kebendaan duniawi secara berlebihan, tetapi tetap menjalani
hidup dengan rasa menerima dan bersyukur. Dan sekalipun menolong dan
membantu orang lain, tetapi dilakukan tanpa pilih kasih dan tanpa pamrih
kebendaan, dengan demikian hidupnya juga memberkahi orang lain.
Filosofinya : makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan (hewan). Urip iku mung mampir ngumbe thok.
Hidup seperlunya saja sesuai kebutuhan, bukannya mengejar / menumpuk
harta atau apapun juga yang nantinya toh tidak akan dibawa mati ke dalam
kubur.
Sekalipun mereka miskin harta, tetapi kaya di hati, sugih
tanpa bandha. Berbeda dengan orang yang berjiwa miskin, yang sekalipun
sudah berkecukupan harta, tetapi selalu merasa takut miskin, dan akan
melakukan apa saja, termasuk perbuatan yang tercela, untuk terus
menambah kekayaannya.
Prihatinnya Orang Kaya Harta.
Walaupun
seseorang berlebihan harta, tetapi tidak mengisi hidupnya dengan
kesombongan dan bermewah-mewahan. Tetap hidup sederhana sesuai
kebutuhannya dan tidak memenuhi segala keinginan melebihi apa yang
menjadi kebutuhan.
Seseorang yang kaya berlimpah harta, memiliki
banyak benda yang bagus dan mahal harganya dan melakukan pengeluaran
yang "lebih" untuk ukuran orang biasa, bukan selalu berarti tidak
menjalani laku prihatin. Namun hidup yang bermewah-mewahan sama saja
dengan hidup berlebih-lebihan (melebihi apa yang menjadi kebutuhan),
inilah yang disebut tidak menjalani laku prihatin.
Orang kaya harta,
yang selalu mengsyukuri kesejahteraannya, akan tampak dari sikap
hatinya yang selalu memberi 'lebih' kepada orang-orang yang membutuhkan
pemberiannya, bukan sekedar memberi, walaupun perbuatannya itu tidak ada
yang melihat. Dan semua kewajibannya, duniawi maupun keagamaan, yang
berhubungan dengan hartanya akan dipenuhinya, tidak ada yang
dikurangkan.
Prihatinnya Orang Kaya Ilmu.
Orang kaya ilmu,
baik ilmu pengetahuan maupun ilmu spiritual, akan menjalani laku
prihatin dengan cara memanfaatkan ilmunya tidak untuk kesombongan dan
kejayaan dan kepentingan dirinya sendiri, dan tidak untuk membodohi atau
menipu orang lain, tetapi dimanfaatkan juga untuk menolong orang lain
dan membaginya kepada siapa saja yang layak menerimanya, tanpa pamrih
kehormatan atau upah.
Prihatinnya Orang Berkuasa.
Seorang
penguasa hidup prihatin dengan menahan kesombongannya, menahan hawa
nafsu sok kuasa, dan tidak memanfaatkan kekuasaannya untuk kejayaan diri
sendiri dan keluarganya saja. Kekuasaan dijadikan sarana untuk
menciptakan kesejahteraan bagi para bawahan dan masyarakat yang
dipimpinnya. Kekuasaan dimanfaatkan untuk menciptakan negeri yang adil
dan makmur, gemah ripah loh jinawi, tata titi tentrem kerta raharja,
sebagaimana layaknya seorang negarawan sejati.
Seorang politikus
hidup prihatin dengan tidak hanya membela kepentingannya, kelompoknya
atau golongannya sendiri, atau untuk mencari popularitas, menggoyang
pemerintahan yang ada, tetapi digunakan untuk mendukung pemerintahan
yang ada dan meluruskan jalannya pemerintahan yang keliru, yang
menyimpang, untuk kepentingan rakyat banyak.
Seorang aparat negara,
aparat keamanan atau penegak hukum, hidup prihatin dengan melaksanakan
kewajiban-kewajiban tugasnya dengan semestinya dan tidak menyalahgunakan
kewenangannya untuk menindas, memeras, atau berpihak kepada pihak-pihak
tertentu dan merugikan pihak yang lain, mencukupkan dirinya dengan
gajinya dan menambah rejeki dengan cara-cara yang halal, tidak mencuri,
tidak memeras, tidak meminta / menerima sogokan.
Orang jawa
bilang intinya kita harus selalu eling lan waspada. Selalu ingat Tuhan.
Tetapi biasanya manusia hanya mengejar kesuksesan saja, keberhasilan,
keberuntungan, dsb, tapi tidak tahu pengapesannya.
Sering
dikatakan orang-orang yang selalu ingat Tuhan dan menjaga moralitas,
seringkali hidupnya banyak godaan dan banyak kesusahan. Kalau eling ya
harus tulus, jangan ada rasa sombong, jangan merasa lebih baik atau
lebih benar dibanding orang lain, jangan ada pikiran jelek tentang orang
lain, karena kalau kita bersikap begitu sama saja kita bersikap negatif
dan menumbuhkan aura negatif dalam diri kita. Aura negatif akan menarik
hal-hal yang negatif juga, sehingga kehidupan kita juga akan banyak
berisi hal-hal yang negatif. Di sisi lain kita juga harus sadar, bahwa
orang-orang yang banyak menahan diri, membatasi perbuatan-perbuatannya,
seringkali menjadi kurang kreatif dan yang didapatnya juga akan lebih
sedikit dibandingkan orang-orang yang tidak menahan diri. Itulah
resikonya menahan diri. Tetapi mereka yang sadar pada kemampuan dan
potensi diri, peluang-peluang, dsb, dan dapat memanfaatkannya dengan
tindakan nyata, akan juga dapat menghasilkan banyak, tanpa harus lupa
Tuhan dan merusak moralitasnya.
Di sisi lain sering dikatakan
orang-orang yang tidak ingat Tuhan atau tidak menjaga moralitas,
seringkali kelihatan hidupnya lebih enak. Bisa terjadi begitu karena
mereka tidak banyak beban, tidak banyak menahan diri, apa saja akan
dilakukan walaupun tidak baik, walaupun tercela. Beban hidupnya lebih
ringan daripada yang menahan diri. Mereka bisa mendapatkan lebih banyak,
karena mereka tidak banyak menahan diri.
Di luar
pandangan-pandangan di atas, sebenarnya, jalan kehidupan masing-masing
mahluk, termasuk manusia, sudah ada garis-garis besarnya, sehingga bisa
diramalkan oleh orang-orang tertentu yang bisa meramal. Tinggal
masing-masing manusianya saja dalam menjalani kehidupannya, apakah akan
banyak eling dan menahan diri, ataukah akan mengumbar keduniawiannya.
Dalam tradisi jawa, laku prihatin dan tirakat adalah bentuk upaya
spiritual / kerohanian seseorang dalam bentuk keprihatinan jiwa dan
raga, ditambah dengan laku-laku tertentu, untuk tujuan mendapatkan
keberkahan dan keselamatan hidup, kesejahteraan lahiriah maupun batin,
atau juga untuk mendapatkan keberkahan tertentu, suatu ilmu tertentu,
kekayaan, kesaktian, pangkat atau kemuliaan hidup. Laku prihatin dan
tirakat ini, selain merupakan bagian dari usaha dan doa kepada Tuhan,
juga merupakan suatu 'keharusan' yang sudah menjadi tradisi, yang
diajarkan oleh para pendahulu mereka.
Ada pepatah, puasa adalah makanan jiwa. Semakin gentur laku puasa seseorang, semakin kuat jiwanya, sukmanya.
Laku puasa yang dilakukan sebagai kebiasaan rutin akan membentuk
kebatinan manusia yang kuat untuk bisa mengatasi belenggu duniawi lapar
dan haus, mengatasi godaan hasrat dan nafsu duniawi, dan menjadi upaya
membersihkan hati dan mencari keberkahan pada jalan hidup. Akan lebih
baik bila sebelum dan selama melakukan laku tersebut selalu berdoa niat
dan tujuannya, mendekatkan hati dengan Tuhan, jangan hanya dijadikan
kebiasaan rutin saja.
Berat-ringannya suatu laku kebatinan
bergantung pada kebulatan tekad sejak awal sampai akhir. Bentuk laku
yang dijalani tergantung pada niat dan tujuannya. Diawali dengan mandi
keramas / bersuci, menyajikan sesaji sesuai yang diajarkan dan
memanjatkan doa tentang niat dan tujuannya melakukan laku tersebut dan
menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat dan tercela. Ada juga
yang melakukannya bersama dengan laku berziarah, atau bahkan tapa brata,
di tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti di gunung, makam
leluhur / orang-orang linuwih, hutan / goa / bangunan yang wingit, dsb.
Ada beberapa bentuk formal laku prihatin dan tirakat, misalnya :
1. Puasa, tidak makan dan minum atau berpantang makanan tertentu.
Jenisnya :
- Puasa Senin-Kamis, yaitu puasa tidak makan dan minum setiap hari Senin dan Kamis.
- Puasa Weton, puasa tidak makan / minum setiap hari weton (hari+pasaran) kelahiran seseorang.
- Puasa tidak makan apa-apa, boleh minum hanya air putih saja.
- Puasa Mutih, tidak makan apa-apa kecuali nasi putih dan air putih saja.
- Puasa Mutih Ngepel, dari pagi sampai mahgrib tidak makan dan minum, untuk sahur dan buka puasa
hanya 1 kepal nasi dan 1 gelas air putih.
- Puasa Ngepel, dalam sehari hanya makan satu atau beberapa kepal nasi saja.
- Puasa Ngeruh, hanya makan sayuran atau buah-buahan saja, tidak makan daging, ikan, telur, terasi, dsb.
- Puasa Nganyep, hampir sama dengan Mutih, tetapi makanannya lebih beragam asalkan tidak
mempunyai rasa, yaitu tidak memakai bumbu pemanis, cabai dan garam.
- Puasa Ngrowot, dilakukan dari subuh sampai maghrib. Saat sahur dan buka puasa hanya makan buah-
buahan dan umbi-umbian yang sejenis saja, maksimal 3 buah.
- Puasa Ngebleng, tidak makan dan minum selama sehari penuh siang dan malam, atau beberapa hari
siang dan malam tanpa putus, biasanya 1 - 3 hari.
2. Menyepi dan berdoa di dalam rumah. Tidak mendatangi tempat keramaian dan tidak menonton hiburan.
3. Menyepi dan berdoa di makam leluhur / orang-orang linuwih, dan di tempat-tempat yang dianggap keramat,
tidak mendatangi tempat keramaian dan tidak menonton hiburan.
4. Berziarah dan berdoa di makam leluhur / orang-orang linuwih, dan di tempat-tempat yang dianggap keramat,
seperti di gunung, pohon / goa / bangunan yang wingit, dsb.
5. Mandi kembang telon atau kembang setaman tujuh rupa.
6. Tapa Melek, tidak tidur, biasanya 1 - 3 hari. Tidak mendatangi tempat keramaian dan tidak menonton hiburan.
7. Tapa Melek Ngalong, biasanya 1 - 7 hari. Siang hari boleh tidur, tetapi selama malam hari tidak tidur, tidak
mendatangi tempat keramaian dan tidak menonton hiburan.
8. Tapa Bisu dan Lelono, melakukan perjalanan berjalan kaki dan bisu tidak bicara, dari mahgrib sampai pagi,
melakukan kunjungan ke makam leluhur / orang-orang linuwih atau ke tempat-tempat keramat dan berdoa.
9. Tapa Pati Geni, diam di dalam suatu ruangan, tidak terkena cahaya apapun, selama sehari atau beberapa
hari, biasanya untuk tujuan keilmuan. Ada juga yang disebut Tapa Pendem, yaitu puasa dan berdiam di
dalam rongga di dalam tanah seperti orang yang dimakamkan, biasanya selama 1 - 3 hari.
10.Tapa Kungkum, ritual berendam di sendang atau sungai, terutama di pertemuan 2 sungai (tempuran sungai),
selama beberapa malam berturut-turut dan tidak boleh tertidur, dengan posisi berdiri atau duduk bersila
di dalam air dengan kedalaman air setinggi leher atau pundak.
Laku prihatin dan tirakat nomor 1 sampai 5 adalah yang biasa dilakukan
orang Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kombinasi nomor 1
sampai 10 dilakukan untuk terkabulnya suatu keinginan tertentu yang
bersifat khusus, biasanya supaya mendapatkan berkah tertentu, atau untuk
tujuan keilmuan.
Tidak hanya dalam kehidupan keseharian,
laku-laku kebatinan di atas juga seringkali dilakukan sebelum seseorang
melakukan suatu kegiatan / usaha yang dianggap penting dalam
kehidupannya, seperti memulai suatu usaha ekonomi, akan pergi merantau,
akan hajatan nikahan, dsb. Bahkan sudah biasa bila orang-orang tua
berpuasa untuk memohonkan keberhasilan kehidupan dan usaha anak-anaknya.
Masing-masing bentuk laku prihatin dan tirakat mempunyai kegunaan dan
kegaiban sendiri-sendiri yang dapat dirasakan oleh para pelakunya, dan
mempunyai kegaiban sendiri-sendiri dalam membantu mewujudkan tujuan laku
pelakunya.
Puasa weton terkait dengan kepercayaan dan kegaiban
sukma (kepercayaan pada kebersamaan roh sedulur papat). Biasanya
dilakukan untuk terkabulnya suatu keinginan yang sifatnya penting, dan
untuk menjaga kedekatan hubungan dengan para roh sedulur papat dan restu
pengayoman dari para leluhur, supaya kuat sukmanya, selalu peka rasa
dan batin, peka firasat, hidupnya keberkahan dan lancar segala
urusannya. Puasa weton tidak bisa ditukar dengan puasa bentuk lain,
karena sifat dan kegaibannya berbeda.
Sesuai ajaran kejawen,
sebelum melaksanakan puasa berdoalah di luar rumah menghadap ke timur.
Begitu juga pada malam hari selama berpuasa, berdoalah di luar rumah
menghadap ke timur. Setelah selesai berpuasa berdoa juga mengucap syukur
karena telah diberi kekuatan sehingga dapat menyelesaikan puasanya.
Lebih baik lagi jika diawali atau ditutup dengan mandi kembang untuk
membersihkan diri dari aura-aura negatif di dalam tubuh.
Untuk
keperluan sehari-hari, misalnya untuk mempermudah jalan hidup, cukup
puasa weton 1 hari (1 hari 1 malam), atau puasa Senin - Kamis saja, atau
bisa juga mandi kembang saja (bisa hari apa saja sekali sebulan).
Dalam hal menjaga supaya kehidupannya selalu 'keberkahan' dan dijauhkan
dari kesulitan-kesulitan, puasa ngebleng adalah yang terbaik. Biasanya
dilakukan selama 1 hari 1 malam pada hari weton kelahiran seseorang.
Untuk keperluan sehari-hari untuk mempermudah jalan hidup dan mengejar
sesuatu yang diinginkan, misalnya untuk kemantapan bekerja dan perbaikan
posisi / karir, cukup puasa weton 1 hari saja secara rutin setiap
bulan. Lebih baik lagi jika disertai dengan mandi kembang untuk
membersihkan diri dari aura-aura negatif di dalam tubuh.
Dalam
hal keinginan terkabulnya suatu hajat / keinginan khusus, sesuatu yang
tidak terjadi setiap hari, yang biasa dilakukan adalah puasa ngebleng 3
hari 3 malam pada hari weton kelahiran seseorang.
Dalam hal
keinginan terkabulnya suatu keinginan khusus yang disertai nazar, yang
biasa dilakukan adalah puasa ngebleng 3 hari 3 malam pada hari weton
kelahiran seseorang, dilakukan selama 7 kali (7 bulan) berturut-turut
tanpa putus dan ditutup dengan suatu ritual dan sesaji penutup, atau
acara tumpengan syukuran.
Dalam hal mencari suatu petunjuk gaib /
wangsit, puasa ngebleng adalah yang terbaik. Biasanya dilakukan selama
3 hari 3 malam tanpa putus, hari Selasa atau Jum'at Kliwon dijepit di
tengah, dan berdoa di malam hari di tempat terbuka menghadap ke timur.
Untuk melengkapi pengetahuan tentang sifat-sifat hari, di bawah ini ada beberapa petunjuk :
- Bulan Besar atau Bulan Haji adalah bulan yang paling baik untuk semua keperluan, untuk memulai usaha,
pindah rumah atau pun perkawinan.
- Bulan Sura (Suro) adalah bulan yang paling tidak baik untuk semua keperluan, memulai usaha, pindah
rumah atau pun perkawinan. Paling baik digunakan untuk upaya bersih diri dan lingkungan.
- Bulan Maulud adalah bulan yang paling baik untuk semua keperluan yang bersifat sakral, untuk ritual
pembersihan diri, ritual syukuran, ritual bersih desa, ruwatan nasib / sengkala, menjamas keris, mandi
kembang, berziarah, dsb.
Penting :
Orang-orang yang sering melakukan laku puasa (termasuk puasa weton),
biasanya kekuatan sukmanya akan meningkat. Orang-orang yang sering
melakukan laku prihatin dan tirakat biasanya juga akan banyak menerima
interaksi dari roh-roh lain, disadari ataupun tidak. Roh-roh itu bisa
berasal dari lingkungan tempatnya berada, atau dari lingkungan
tempat-tempat yang dikunjunginya (misalnya berziarah), atau juga dari
roh-roh leluhur.
Bagi orang-orang tersebut, sebaiknya sering
melakukan mandi kembang untuk membersihkan aura-aura negatif yang
berasal dari dirinya sendiri ataupun aura negatif yang menempel yang
berasal dari tempat lain, supaya terselaraskan menjadi positif. Dan bagi
yang sering berpuasa, gunanya mandi kembang bagi mereka juga sama,
jangan sampai bertambah kuatnya sukmanya juga menambah kuat aura-aura
negatif di dalam dirinya.
Puasa Ngebleng.
Puasa umumnya dimulai saat subuh dan buka puasa saat mahgrib. Malam harinya bebas makan dan minum.
Puasa 1 hari, berarti selama 1 hari berpuasa dari subuh sampai mahgrib, malam harinya bebas makan-minum.
Puasa 3 hari, berarti selama 3 hari berpuasa dari subuh sampai mahgrib, malam harinya bebas makan-minum.
Puasa 7 hari, berarti selama 7 hari berpuasa dari subuh sampai mahgrib, malam harinya bebas makan-minum.
Puasa ngebleng tidak seperti itu.
Puasa ngebleng secara sederhana bisa disebut puasa penuh 1 hari 1 malam.
Puasa ngebleng 1 hari berarti puasa penuh 1 hari 1 malam berturut-turut tanpa putus tidak makan dan minum.
Puasa ngebleng 3 hari berarti puasa penuh 3 hari 3 malam berturut-turut tanpa putus tidak makan dan minum.
Puasa ngebleng 7 hari berarti puasa penuh 7 hari 7 malam berturut-turut tanpa putus tidak makan dan minum.
Apa benar ada puasa ngebleng 7 hari 7 malam berturut-turut tanpa putus ? Ada yang sanggup ?
Bagaimana dengan puasa ngebleng 40 hari 40 malam berturut-turut tanpa putus. Siapa yang sanggup ?
Ketika seseorang berpuasa ngebleng, pada hari pertama puasanya dia akan
merasakan panas, lapar dan haus, sama dengan yang dialami orang lain
yang menjalani laku puasa biasa.
Pada hari kedua, orang tersebut
akan merasakan tubuhnya panas, mungkin juga sampai menyebabkannya sulit
tidur di malam hari karena panasnya tubuhnya. Karena tidak juga ada
makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuhnya, pada hari kedua itu
tubuhnya mulai membakar cadangan makanan yang ada dalam tubuhnya, air,
lemak, protein, gula, dsb, untuk dikonversi menjadi energi dan zat-zat
makanan yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuhnya.
Pada hari ketiga,
panas tubuhnya mereda dan berkurang, rasa lapar dan haus hilang. Yang
terasa hanya tubuhnya saja yang lemas karena perutnya kempis tak terisi
makanan.
Puasa ngebleng pada hari ketiga itu, yang dilakukan oleh
orang-orang yang bersamadi atau menyepi (walaupun di dalam rumah),
tidak menonton hiburan, tidak mendatangi tempat-tempat keramaian, dan
tekun berdoa / berzikir / wirid, kegaiban sukmanya akan kuat sekali dan
akan memancar cukup jauh. Kegaiban itu kuat sekali sampai dapat menarik
perhatian dari roh-roh leluhurnya, sehingga disadari ataupun tidak,
banyak leluhurnya yang mendatangi orang tersebut untuk mengetahui apa
tujuan lakunya dan akan berusaha membantu mewujudkan hajat niat dan
keinginannya.
Pada hari ketiga itu, disadari atau tidak, roh
sukma orang tersebut telah menguat, dan memancarkan aura kekuatan gaib
yang menyebabkan roh-roh gaib tidak tahan berada di dekatnya. Berbeda
dengan puasa pada orang-orang yang menjalani ilmu gaib dan ilmu khodam
yang kondisi berpuasanya dapat mengundang roh-roh gaib untuk datang
mendekat, puasa ngebleng ini justru pancaran gaib kekuatan sukmanya akan
mengusir keberadaan roh-roh gaib lain dari tubuhnya dan dari sekitar
orang itu berada.
Itu baru puasa ngebleng 3 hari, belum yang 7
hari, apalagi puasa ngebleng 40 hari seperti yang biasa dilakukan oleh
tokoh-tokoh kebatinan dan pertapa jaman dulu. Orang-orang yang terbiasa
melakukan puasa itu, seperti tokoh-tokoh kebatinan dan pertapa jaman
dulu, akan memiliki kekuatan sukma yang luar biasa, yang bahkan pancaran
energi kekuatan sukmanya menyebabkan roh-roh gaib kelas atas seperti
dewa dan buto pun tidak tahan berada di dekatnya dan tidak akan berani
datang mendekat untuk maksud menyerang.
Pancaran kekuatan sukma
orang-orang itu saat sedang menjalani laku puasa dan tapa bratanya
sangat menghebohkan alam gaib. Di pewayangan pun diceritakan ketika ada
seseorang yang gentur dalam puasa, tapa brata dan semadinya, kondisinya
menyebabkan kahyangan panas dan goncang, dan menyebabkan para dewa tidak
tahan, sampai-sampai para dewa mengutus dewa lain atau bidadari untuk
menghentikan / menggagalkan tapa brata orang tersebut, dan mereka akan
memberikan apa saja yang diinginkan orang itu asal mau menghentikan
tapanya.
Karena itu dalam melakukan puasa ngebleng orang-orang
jaman dulu akan melakukannya dengan cara menyepi, di dalam rumah, di goa
atau di tempat-tempat keramat, supaya tidak ada yang mengganggu.
Kekuatan sukma orang-orang itu luar biasa sekali, sehingga pada jaman
dulu banyak tokoh-tokoh kebatinan dan pertapa yang bukan hanya linuwih
dan waskita, dan mumpuni dalam ilmu kesaktian, tetapi juga menjadikan
sukma mereka penuh dengan muatan gaib, sehingga kemampuan moksa yang
dilakukan oleh tokoh-tokoh kebatinan jaman dulu, berpindah bersama
raganya ke alam roh tanpa melalui proses kematian, adalah sesuatu yang
biasa. Bahkan banyak yang melakukan tapa brata dalam rangka mandito
meninggalkan keduniawiannya, kemudian moksa dengan sendirinya dalam
kondisi bertapa.
Orang-orang itu, karena kekuatan gaib sukmanya,
tidak lagi membutuhkan khodam mahluk halus untuk kekuatan ilmunya.
Kekuatan dan kegaiban sukmanya-lah yang melakukannya. Tetapi jika ada
suatu sosok gaib yang mau datang untuk menjadi khodam pendampingnya,
maka hanya gaib-gaib yang setingkat dengan kekuatan sukmanya saja yang
akan datang menjadi pendampingnya, bukan gaib-gaib kelas rendah yang
tidak tahan dengan pancaran energi kekuatan sukmanya.
Puasa
ngebleng melambangkan kekuatan tekad dan niat seseorang untuk
terkabulnya suatu keinginan. Bahkan banyak orang pada jaman dulu yang
melakukan tapa dan puasa ngebleng, tidak akan menghentikan tapa bratanya
sebelum hajat keinginannya terkabul (sampai turun wangsit bahwa
permintaannya dikabulkan).
Puasa ngebleng terkait dengan kekuatan
dan kegaiban sukma manusia. Karena itu kegaiban dalam puasa ngebleng
tidak dapat dibandingkan / disamakan atau ditukar dengan puasa bentuk
lain. Semakin gentur laku puasa seseorang, semakin kuat sukmanya dan
semakin kuat kegaibannya. Puasa ngebleng banyak dilakukan oleh
orang-orang yang bergelut dalam dunia kebatinan / spiritual dan tapa
brata.
Puncak kekuatan sukmanya hanya terjadi pada saat seseorang
berpuasa ngebleng, sedangkan pada hari-hari selanjutnya kalau sudah
tidak lagi melakukan puasa, maka kekuatan sukmanya itu akan menurun
lagi. Karena itu para pelaku kebatinan dan keilmuan kebatinan jaman dulu
menjadikan laku puasa ngebleng ini sebagai ritual yang akan selalu
dilakukan secara berkala. Juga untuk melatih keilmuannya itu atau
menekuni suatu ilmu kebatinan baru akan dilakukannya dengan berpuasa,
sehingga kekuatan dan kegaiban ilmunya tinggi.
Tetapi jika puasa
ngebleng itu dilakukan oleh orang-orang yang masih awam dalam ilmu
kegaiban, mungkin kegaiban dari kekuatan sukmanya itu tidak akan banyak
dirasakannya. Walaupun begitu, pancaran kekuatan sukmanya itu akan
menjauhkannya dari roh-roh gaib yang sifatnya mengganggu, dan sisi lain
dari kegaiban sukmanya akan membuat kekuatan niat / tekad dalam
keinginan-keinginannya menjadi lebih mudah terwujud dan ketajaman dan
kepekaan batinnya akan semakin tinggi.
Tetapi karena semakin
banyaknya orang yang meninggalkan dunia kebatinan, maka puasa ngebleng
inipun semakin ditinggalkan. Bahkan para praktisi ilmu gaib dan ilmu
khodam seringkali mempermudah laku puasanya. Misalnya untuk mendapatkan
suatu ilmu gaib tertentu cukup puasa biasa saja dari subuh sampai
mahgrib, atau hanya puasa berpantang makanan tertentu saja, yang
dilakukan selama 3 hari, 7 hari, 21 hari, atau 40 hari, dan selama
berpuasa itu malam harinya diharuskan mewirid amalan gaibnya.
Selama berpuasa itu pada malam harinya diharuskan mewirid amalan gaibnya
tujuannya adalah sebagai usaha melatih memperkuat kemampuan kekuatan
seseorang dalam mengsugesti ilmu gaib. Dengan berhari-hari mewirid suatu
amalan gaib diharapkan kemampuan seseorang dalam mengsugesti ilmu
gaibnya akan kuat dan hapal mantranya diluar kepala.
Selama orang
itu berpuasa dan berzikir, tubuhnya memancarkan energi tertentu dan
pikirannya akan memancarkan gelombang tertentu. Pancaran energi tubuh
dan gelombang pikiran inilah yang seringkali mengundang datangnya suatu
sosok mahluk halus tertentu kepada manusia. Keberadaan sosok halus itu
kemudian dapat menjadi khodam ilmu gaibnya, menjadi sumber kekuatan
gaibnya, sehingga walaupun kemudian sudah tidak lagi rajin berpuasa dan
tidak lagi rajin mewirid amalan ilmunya, selama khodamnya bersamanya,
kapan saja ilmu itu diamalkan tetap akan berfungsi. Jadi bisa juga
dikatakan, untuk dengan sengaja mengundang suatu sosok gaib untuk datang
menjadi khodam pendamping, maka cara puasanya adalah puasa bentuk ini.
Hanya saja kita harus teliti dan waspada mengenai siapa sosok halus yang
datang mendampingi kita itu.
Puasa Weton.
Puasa weton
adalah termasuk jenis puasa ngebleng yang dilakukan pada hari kelahiran
seseorang, yang perhitungan waktu mulai berpuasa dan menutup puasa
dilakukan berdasarkan perhitungan hari dalam kalender jawa.
Puasa weton (wetonan) adalah puasa untuk memperingati hari kelahiran seseorang sesuai laku dalam budaya jawa.
Puasa weton terkait dengan kekuatan dan kegaiban sukma (roh pancer dan
sedulur papat). Biasanya dilakukan untuk terkabulnya suatu keinginan
yang sifatnya penting, dan untuk menjaga kedekatan hubungan dengan roh
sedulur papat dan restu pengayoman dari para leluhur, supaya kuat
sukmanya, selalu peka rasa dan batin, peka firasat, peka bisikan gaib,
hidupnya keberkahan dan lancar segala urusannya.
Puasa weton
terkait dengan kegaiban yang berasal dari sukma manusia sendiri
(kegaiban kesatuan roh pancer dan sedulur papat). Puasa weton tidak
berhubungan dengan kegaiban roh-roh lain.
Puasa weton tidak bisa
disamakan atau diperbandingkan atau ditukar dengan puasa bentuk lain,
karena sifat dan kegaibannya berbeda.
Puasa weton yang dilakukan
oleh orang-orang yang tidak memahami atau tidak meyakini keberadaan roh
sedulur papat kegaibannya tidak akan sebaik mereka yang melakukannya
dengan landasan kepercayaan pada roh sedulur papat. Keyakinan pada
keberadaan dan kebersamaan roh sedulur papat dengan pancer akan
memperkuat kegaiban sukma dan memperkuat interaksi roh sedulur papat dan
para leluhurnya dengan seseorang. Dalam kehidupannya sehari-hari
kekuatan sukma akan membantu dalam kemantapan bersikap, membantu membuka
jalan hidup dan menyingkirkan halangan dan kesulitan-kesulitan, dan
interaksi sedulur papat akan membantu peka rasa dan firasat, peka
bisikan gaib, mendatangkan ide-ide dan ilham, peringatan-peringatan dan
jawaban-jawaban permasalahan.
Sesuai tradisi jawa puasa weton
dilakukan dengan berpuasa pada hari kelahiran seseorang (Senin, Selasa,
Rabu, Kamis, Jum'at, Sabtu, Minggu) yang sesuai dengan hari pasaran
kelahirannya (pon, pahing, wage, legi dan kliwon).
Dengan demikian hari weton kelahiran seseorang akan selalu berulang setiap 35 hari sekali.
Sebagai catatan, dalam penanggalan Jawa, hari dimulai pada pukul 5 sore
hari sebelumnya dan akan berakhir pada pukul 5 sore hari yang
bersangkutan.
Jadi, batas suatu hari adalah pada pk.5 sore, dan mulainya hari adalah hari sebelumnya pk.5 sore.
Berarti hari Senin dimulai pada hari sebelumnya (Minggu) pk.5 sore dan berakhir pada hari Senin tersebut pk.5 sore.
Hari Senin itu pada pk.6 sore (mahgrib) sudah terhitung sebagai hari Selasa, karena sudah melewati batas hari Senin pk.5 sore.
Ada beberapa hitungan hari dalam puasa weton sbb :
1. Puasa weton sehari penuh.
Artinya puasanya dilakukan 1 hari Jawa (sehari semalam, 24 jam).
Puasa weton sehari ini adalah yang secara umum dilakukan dalam budaya masyarakat Jawa.
Misalnya hari kelahirannya adalah Selasa Pahing, maka puasanya dimulai pada hari sebelumnya, yaitu
Senin pk.5 sore dan berakhir pada hari Selasa Pahing tersebut pk.5 sore.
2. Puasa weton 3 hari (hari weton dijepit ditengah).
Artinya puasanya dilakukan selama 3 hari Jawa terus-menerus tanpa putus, yaitu puasa pada hari weton
ditambah 1 hari sebelumnya dan 1 hari sesudahnya, sehingga total puasa menjadi 3 hari Jawa terus-menerus.
Misalnya kelahiran Rabu Kliwon,
maka puasanya dilakukan selama 3 hari, yaitu Selasa, Rabu Kliwon dan Kamis terus-menerus tanpa putus.
Hari Selasa dimulai pada hari sebelumnya, yaitu hari Senin pk.5 sore.
Hari Kamis berakhir pada pk. 5 sore hari.
Jadi puasa weton 3 hari itu dimulai pada hari Senin pk.5 sore dan berakhir pada hari Kamis pk. 5 sore terus-
menerus tanpa putus siang dan malam.
3. Puasa weton 3 hari selama 7 kali berturut-turut.
Artinya, puasanya dilakukan selama 3 hari Jawa terus-menerus tanpa putus yang dilakukan selama 7 kali
berturut-turut tanpa putus (selama 7 bulan berturut-turut).
Jenis puasa ini biasanya dilakukan untuk keinginan terkabulnya suatu keinginan khusus yang bukan sesuatu
yang biasa terjadi sehari-hari (biasanya disertai nazar), atau untuk keinginan terkabulnya suatu keinginan
khusus yang berat, yang kadarnya tinggi, yang bagi seseorang sulit untuk dicapai, sehingga diperlukan
suatu laku tambahan demi terkabulnya keinginannya itu, yaitu puasa ngebleng 3 hari 3 malam pada hari
weton kelahiran seseorang, dan dilakukan selama 7 kali (7 bulan) berturut-turut tanpa putus dan ditutup
dengan suatu ritual dan sesaji penutup (tumpengan), atau acara syukuran.
Puasa weton menjadi sempurna setelah pada penutupan puasa dilakukan
pemberian sesaji untuk roh sedulur papat dan pancer sebagai berikut
(salah satu) :
1. Paling baik, mandi kembang telon (kembang tujuh rupa / setaman lebih baik), yaitu mandi guyuran
air kembang dari kepala basah semua sampai ke kaki.
2. Kedua terbaik, makanan jajan pasar 7 macam, dimakan sebagai makanan buka puasa.
3. Bubur merah putih, yaitu bubur tepung beras (bubur sumsum) yang diberi gula jawa cair, dimakan sebagai
makanan buka puasa.
Puasa weton ini menjadi sarana pemberian perhatian kepada roh sedulur
papat dan menjadi sarana memperkuat kesatuan antara seseorang dengan roh
sedulur papat dan para leluhurnya.
Bagi yang tidak sempat
menjalankan puasanya, atau berhalangan, cukup melakukan mandi kembang
saja, bisa pagi hari, siang, ataupun sore hari.
(Informasi selengkapnya tentang Sedulur Papat silakan dibaca : Sedulur Papat Kalima Pancer ).
Puasa weton (wetonan) adalah salah satu laku budaya kebatinan yang
sudah umum dilakukan dalam masyarakat jawa. Tetapi sehubungan dengan
adanya pengaruh budaya Islam dalam masyarakat jawa, orang-orang jawa
yang melakukan puasa weton ini melakukannya tidak lagi sesuai aslinya
dalam ajaran jawa, yaitu dengan puasa ngebleng, tetapi melakukan
puasanya sama dengan puasa biasa, yaitu puasa dari subuh sampai mahgrib.
Sekalipun bentuk laku puasa itu masih memberikan kegaiban, tetapi sudah
tidak lagi besar seperti seharusnya, bahkan akibatnya banyak juga yang
tidak lagi dapat merasakan kegaibannya hingga kemudian tidak lagi
melakukannya, dan kemudian digantikan dengan puasa Senin - Kamis, puasa
mutih, atau puasa berpantang makanan tertentu saja.
Pemahaman Kebatinan Laku Prihatin dan Tirakat
Semua bentuk laku dan tirakat hanya akan bermanfaat jika ada maksud dan
tujuannya, kalau tidak ya hanya akan menyiksa tubuh saja, hanya lapar
dan haus saja. Karena itu sebelum dan selama melakukan laku tersebut
harus selalu fokus pada tujuan lakunya dan berdoa niat dan tujuannya.
Suatu laku puasa yang dilakukan tanpa tujuan khusus, tetapi sebagai
kebiasaan rutin, akan menjadi upaya memperkuat kebatinan manusia, supaya
kuat sukmanya, bisa mengatasi belenggu duniawi lapar dan haus,
mengatasi godaan hasrat dan nafsu duniawi, dan sebagai upaya
membersihkan hati dan mencari keberkahan pada jalan hidup. Hasilnya akan
lebih baik lagi bila sebelum dan selama melakukan laku tersebut selalu
berdoa tentang niat dan tujuan / harapan-harapannya.
Dalam
melakukan laku-laku prihatin dan tirakat di atas akan baik sekali bila
dilakukan dengan menyendiri / menyepi (di dalam rumah), tidak mendatangi
tempat-tempat keramaian dan tidak menonton hiburan, keluar rumah pada
malam hari di tempat terbuka dan banyak berdoa. Manfaat dari suatu laku
hanya akan didapatkan bila dilakukan dengan niat dan tujuan tertentu.
Tanpa adanya niat dan tujuan, maka perbuatan itu hanya akan menjadi
perbuatan yang sia-sia. Berdoalah kepada Tuhan memohon tercapainya
tujuan dari laku tersebut pada awal dan selama pelaksanaannya.
Diawali dengan bersuci / mandi keramas, atau lebih baik lagi dengan
mandi kembang telon atau kembang setaman / kembang tujuh rupa supaya
aura dari kembang-kembang tersebut menyelaraskan aura-aura negatif di
dalam tubuh agar menjadi positif, menjadi lebih bersih dan lebih
bercahaya, yang berguna untuk membantu mempermudah jalan hidup, membuang
kesulitan-kesulitan yang berasal dari aura negatif di dalam tubuh, yang
sekarang pun banyak diselenggarakan di spa-spa dan salon kecantikan
modern. Kembang yang digunakan haruslah yang berbau harum dan masih
segar, belum layu, apalagi kering. Laku ini dapat dilengkapi dengan
laku-laku yang lain yang berguna untuk memperkuat aura positif seseorang
dan membuat hidup lebih 'keberkahan'. Jangan lupa baca doa niat :
sebelum mandi kembang :
Ya Allah, niat saya mandi kembang untuk membersihkan diri saya dari pengaruh dan hal-hal negatif dalam
diri saya dan untuk ......................
atau niat puasa mutih :
Ya Allah, niat saya puasa mutih untuk menguatkan permohonan terkabulnya keinginan saya supaya
................ dan untuk ..................
atau niat puasa weton :
Saudara-saudara kembarku para roh sedulur papat, aku berpuasa untukmu.
Ya Allah, niat saya puasa weton untuk menguatkan permohonan terkabulnya keinginan saya supaya
................ dan untuk ..................
Ya Allah berkahilah saya.
Amin.
Ada beberapa pertanyaan serupa dari para pembaca mengenai hari, bentuk
laku prihatin dan puasa, dan isi doa yang harus dilakukan seseorang
untuk masing-masing keperluan / hajatnya. Namun secara inti garis
besarnya bisa kami jelaskan sebagai berikut.
Cerita tentang laku
prihatin, puasa dan tirakat di atas adalah dalam konteks tradisi
masyarakat jawa yang ingin hidupnya selalu keberkahan, selamat dan
sejahtera dalam lindungan Tuhan. Jadi bentuk laku puasanya dan hari-hari
puasanya adalah berdasarkan tradisi jawa.
Untuk masing-masing
orang, kita tidak bisa menentukan hari apa yang terbaik suatu laku puasa
harus dilakukan, karena semuanya tergantung pada tujuan dari niat dan
lakunya. Sebagai acuan, sesuai tradisi jawa, kita bisa melakukannya pada
hari weton kelahiran kita sendiri. Tetapi diluar itu sebaiknya kita
juga peka rasa, kita sendiri yang menentukan bentuk lakunya sesuai
panggilan batin kita masing-masing.
Misalnya,
- Untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, lakunya bisa hari apa saja.
- Untuk memenuhi kewajiban beragama, maka lakunya harus sesuai dengan ajaran agama.
- Untuk mendekatkan diri kepada roh sedulur papat, lakunya hari weton kelahiran.
- Untuk mendekatkan diri kepada roh-roh leluhur, lakunya hari weton kelahiran.
- Untuk urusan kegaiban, wangsit dan bisikan gaib, roh-roh leluhur atau roh-roh halus lain, lakunya biasanya
dilakukan pada malam Selasa Kliwon atau Jum'at Kliwon dan disertai bertirakat dengan berdoa di luar rumah
atau berziarah ke makam-makam tertentu.
- Untuk mempelajari suatu keilmuan gaib, lakunya sesuai persyaratan ilmunya.
- Untuk tujuan keperluan lain, lakunya hari apa saja sesuai keperluannya atau sesuai niat batinnya.
Tujuan laku dan bentuk hajat / keinginan yang ingin terkabul juga
sendiri-sendiri. Masing-masing bentuk laku prihatin memiliki kegaiban
sendiri-sendiri yang bentuk pelaksanaan lakunya disesuaikan dengan kadar
berat / ringannya suatu hajat / keinginan yang ingin terkabul. Semakin
berat / tinggi kadar suatu hajat / keinginan, maka lakunya juga
seharusnya lebih berat. Dan suatu hajat keinginan yang sifatnya jangka
panjang, maka lakunya juga harus dilakukan secara rutin dalam jangka
panjang (setiap bulan), bukan hanya sekali atau 2 kali saja.
Misalnya :
- Yang kadarnya ringan, untuk kemudahan jalan hidup atau keperluan rutin sehari-hari, cukup secara rutin
melakukan puasa mutih saja, atau puasa senin - kamis saja, atau puasa berpantang makanan tertentu saja,
atau puasa weton 1 hari, atau mandi kembang saja.
- Untuk keinginan menjaga kelangsungan pekerjaan dan perbaikan posisi / derajat, cukup secara rutin
melakukan puasa weton 1 hari.
- Untuk keinginan khusus yang tidak terjadi setiap hari, misalnya lulus ujian pendidikan, terpilih diterima
bekerja atau terpilih naik jabatan ketika ada kesempatan naik jabatan, biasanya lakunya puasa ngebleng 3 hari
(hari apa saja) atau puasa weton 3 hari.
- Untuk keinginan khusus yang berat untuk dicapai (relatif bagi setiap orang) dan waktu pencapaiannya agak
panjang, misalnya ingin bisa terpilih sebagai bupati / gubernur, bisa cukup menabung untuk memiliki rumah
sendiri bagi yang belum mempunyai rumah sendiri, ingin bisa mempunyai pabrik / perusahaan sendiri,
ingin karir bisa naik sampai menjadi kepala kantor, dsb, biasanya lakunya puasa weton ngebleng 3 hari
selama 7 kali berturut-turut tanpa putus dan ditutup dengan ritual penutup atau tumpengan selametan
setelah semua puasanya selesai. Biasanya lelaku jenis ini juga disertai nazar (sama dengan sumpah Tan
Ayun Amuktia Palapa-nya Gajah Mada).
Doa selama berpuasa itu juga tidak perlu muluk-muluk, sederhana saja,
doa yang tulus kepada Tuhan, tetapi intinya kita harus menegaskan apa
niat dan keinginan yang ingin dicapai, untuk mengarahkan kegaibannya
supaya fokus pada tujuan.
Masing-masing jenis laku prihatin
mempunyai manfaat sendiri-sendiri yang bisa dirasakan, yang membuat para
pelakunya tetap menjalankannya, tetapi manfaat apa yang dirasakan oleh
masing-masing pelakunya tidak selalu sama, dan juga tidak bisa
dipastikan bahwa semua hajat / keinginan akan dapat terkabul dengan
menjalankan suatu bentuk laku prihatin, puasa dan tirakat. Harus
disadari bahwa semua bentuk laku adalah dilakukan orang sesuai
keyakinannya sendiri, sebagai tambahan dari usaha dan tindakan nyata
yang sudah dilakukannya untuk pencapaian tujuannya itu.
Semua
bentuk laku akan bermanfaat bila dalam menjalankannya didasarkan pada
kebutuhan, bukan untuk sekedar menjajal suatu bentuk laku, atau
menyandarkan harapan terkabulnya suatu keinginan dengan hanya melakukan
suatu bentuk laku prihatin. Tidak bisa suatu bentuk laku kebatinan /
prihatin dianggap ampuh sebagai jalan pintas untuk terkabulnya suatu
keinginan.
Dalam melaksanakan laku-laku tersebut juga tidak
diperlukan doa-doa atau amalan khusus dalam melakukannya. Yang
diperlukan hanya doa dari niat batinnya saja, doa permohonan yang tulus
agar keinginan-keinginannya dapat tercapai, sebagai sarana fokus pada
tujuan.
Pada jaman sekarang yang kehidupan manusia penuh dengan
rutinitas dan kesibukan, urusan pekerjaan tetap-lah dijalankan, jangan
ditinggalkan hanya karena sedang berpuasa, dan juga tidak perlu
melakukan puasa, laku prihatin dan tirakat sambil menyepi atau tapa
seperti orang jaman dulu, hanya perlu menghindar dari perilaku dan
suasana bersenang-senang dan diisi dengan banyak berdoa. Perlu diketahui
bahwa sugesti kebatinan dalam kondisi berprihatin akan jauh lebih kuat
dibandingkan pada hari-hari lain saat tidak sedang berprihatin. Karena
itu dalam melakukan laku berprihatin itu akan lebih baik jika dilakukan
dengan banyak berdoa, tidak mendatangi tempat-tempat keramaian, tidak
menonton hiburan atau suasana bersenang-senang yang membuat kita lupa
bahwa kita sedang mempunyai hajat.
Laku puasa, prihatin dan
tirakat berdasarkan tradisi jawa tersebut akan berbeda dengan laku yang
dilakukan oleh orang-orang yang menjalankan laku tertentu dalam rangka
memenuhi kewajiban keagamaan atau yang mempelajari suatu bentuk keilmuan
gaib / khodam.
Laku Prihatin dan Tirakat, Masih Relevankah?
Banyak orang menjalani laku mulai dari puasa, tidak tidur, berendam di
sungai, sampai ritual yang aneh-aneh dan tidak masuk logika orang
modern, yang semuanya bertujuan supaya apa yang mereka harapkan dan
usahakan bisa tercapai.
Jaman sekarang, sikap berpikir masyarakat
sudah lebih modern, kehidupan manusia penuh dengan kesibukan dan
rutinitas yang menyita banyak waktu dan menuntut manusia untuk tetap fit
dan dalam kondisi yang prima. Jika demikian keadaannya, apakah konsep
laku prihatin dan tirakat ini masih relevan dan masih perlu dijalankan ?
Jawabannya adalah: Ya.
Konsep laku prihatin dan tirakat janganlah dipandang secara dangkal dan
sempit. Konsep laku bersifat universal, tetapi mempunyai bentuk yang
berbeda sesuai kondisi kebatinan masyarakatnya masing-masing dan dalam
menjalankannya harus dilakukan penyesuaian sesuai tempat dan jamannya.
Laku adalah usaha / upaya-upaya.
Prihatin adalah sikap menahan diri, menjauhi perilaku bersenang-senang enak-enakan.
Tirakat adalah perbuatan-perbuatan tertentu sebagai tambahan, untuk terkabulnya suatu keinginan.
Hakekat dan tujuan dari laku prihatin dan tirakat adalah usaha menjaga
agar kehidupan manusia selamat dan 'keberkahan', agar dihindarkan dari
kesulitan dalam segala urusan dan usahanya dan tercapai / terkabul
keinginan-keinginannya. Proses laku mendorong dan mengarahkan perilaku
seseorang agar selalu bersikap positif dan menjauhkan hal-hal yang
bersifat negatif dan tidak bijaksana, demi tercapainya tujuan hidup.
Dalam kehidupan jaman modern ini memang banyak orang yang memaksakan
sikap berpikirnya untuk tidak percaya dengan hal-hal yang bersifat
mistis. Mereka tidak percaya karena itu adalah kuno, kehidupan masa
lalu, dan tidak masuk akal dan banyak orang yang sudah tumpul kepekaan
batinnya dan tidak bisa merasakan firasat. Tetapi banyak juga orang yang
berpandangan lain, karena hal-hal atau kejadian-kejadian gaibpun masih
terjadi hingga hari ini, sehingga masih saja ada orang yang melakukan
usaha dengan cara-cara yang berbau mistis dan masih banyak juga yang
melakukan perbuatan klenik.
Memang banyak bentuk laku yang dahulu
biasa dilakukan orang, sekarang sudah banyak ditinggalkan, karena
merepotkan dan tidak sesuai jaman. Kelemahan ritual tradisional dari
sudut pandang modern adalah tidak adanya penjelasan yang memuaskan
secara logika. Tetapi sesungguhnya laku dan hal-hal yang bersifat
tradisional itu tidak sungguh-sungguh ditinggalkan, karena manfaatnya
memang bisa dirasakan, termasuk oleh orang jaman sekarang.
Sebagai gantinya, laku tersebut dilakukan dengan cara yang lebih modern
yang sesuai dengan jaman. Banyak orang melakukan penelitian untuk
mengkaji hal-hal yang berbau mistis dan tradisional dan menjelaskannya
dengan sikap berpikir modern, logis dan analitis. Dan hal-hal yang tidak
dapat diselesaikan dengan cara modern, selalu ada laku untuk mencari
cara-cara alternatif yang bersifat alami dan tradisional. Sakit-penyakit
dan obat-obatan medis pun diusahakan alternatif pengobatannya yang
bersifat alami dan tradisional. Ilmu-ilmu yang dahulu untuk kesaktian
dan sebagian merupakan ilmu gaib, kini banyak dijadikan bahan
pertunjukkan entertainment dan dikomersialkan.
Berendam atau
mandi kembang setaman / kembang tujuh rupa, yang aslinya adalah supaya
aura dari kembang-kembang tersebut menyelaraskan aura-aura negatif di
dalam tubuh agar menjadi positif, aura tubuh dan wajah menjadi lebih
bersih dan lebih bercahaya, membuang kesulitan-kesulitan yang berasal
dari aura negatif di dalam tubuh, membantu mempermudah jalan hidup,
sekarang, mandi kembang, luluran, dsb, banyak diselenggarakan di spa-spa
dan salon kecantikan modern.
Sesuai hakekat dan tujuannya, maka
walaupun jaman sekarang kondisinya sangat berbeda dengan jaman dahulu,
tetapi proses laku tetap dilakukan orang, hanya saja bentuk lakunya yang
berbeda. Laku prihatin untuk menahan diri, tidak sombong, beribadah,
berdoa dan berusaha, tidak malas, menjauhi perbuatan dosa, menjauhi
kebiasaan dan etos kerja yang buruk, hidup sederhana (relatif) dan
menabung, mensyukuri apa yang dimiliki, menjaga hubungan yang harmonis
dengan sesama, dsb, dilakukan oleh hampir semua orang.
Proses
laku dan prihatin tetap dilakukan orang, hanya bentuk dan caranya saja
yang berbeda, disesuaikan dengan kondisi jaman dan kondisi masyarakat.
Yang membuat orang berhasil mencapai tujuannya dengan menjalankan suatu
laku adalah bukan semata-mata karena bentuk lakunya, melainkan karena
mereka akan tetap menjaga hal-hal yang positif dan menjauhi hal-hal yang
bersifat negatif dan tidak bijaksana, sehingga segala sesuatu yang
dikerjakan akan terkondisi pada arah yang benar untuk tercapainya
tujuan.
ANDA PERLU BIMBINGAN ILMU KEJAWEN
HUBUNGI ABAH EDDY
HP 082135898112 ATAU PIN BB : 33110706