Sunday, November 11, 2018

Atheist

- Atheist. Banyak orang berpendapat atheist adalah sisi lain dari kepercayaan pada Tuhan/theist. Namun menurutku malah lebih luas lagi. Kenapa konsep berfikir harus selalu mentok di kata Tuhan.? Aku lebih membaca pada prosesnya,yang menurutku atheist adalah antonim dari keterikatan berfikir yang dibatasi oleh aturan dari ideologi/agama yang dianut. Banyak yang beranggapan atheist tidak beragama. Tapi menurutku tidaklah demikian. Karena agama berkaitan dengan perilaku,sedang atheist merupakan pola berfikir seseorang. Memang benar atheist pola berfikir yang terlepas dari doktrin teoritis apapun. Tapi malah menuju pada kemerdekaan dalam dunia berfikirnya sendiri. Dan menunjukkan independensi dalam berekspresi dalam kehidupan. Dan tak terikat oleh teoritis apapun,hanya hasil dari proses pemikiran sendiri. Dan menunjukkan jati diri atau karakter dengan cipta karya bukan sebatas membenarkan teori yang membenarkan tidak adanya Tuhan. Jadi Atheist menurutku,adalah ketika pola berfikir sudah selesai dengan teori / Tuhan, dan mampu menciptakan pencerahan sendiri,dengan membaca keadaan. Karena theist tidak akan sampai pada titik itu,karena masih terpenjara aturan. Maka dari itu atheist adalah wacana perubahan dan pembaharuan,supaya kehidupan bisa bersinergi dengan alam. Bila dilihat dari sini, bisa siapa saja tanpa terkecuali sampai pada atheist. Yaitu kemerdekaan dalam intuisinya demi menuju perbaikan dalam kehidupan. Bisa juga manusia beragamapun, ketika pola berfikirnya sampai pada kemerdekaannya. Sebagai contoh manusia beragama,ketika dia berani mempelajari konsep ketuhanannya,dan dia benar benar tahu hakikatnya,bisa dipastikan dia akan selesai dengan percaya dan tidak percaya pada Tuhan. Yang ada dia akan mencoba bereksperimen dengan penyatuan dirinya dengan alam,untuk melakukan sebuah perubahan kemanusiaan dalam mengikuti dinamika alam. Theist dengan bermedia Tuhan dan mendalami wilayah terlarang agama yaitu ketuhanan,akan sampai pada titik atheist juga. Agama hanya sebatas identitas dalam penempatan diri di masyarakat. Apa gunanya theist dan atheist kita kalau masih terikat teori tak berujung. Seharusnya dengan bukti cipta karya yang bermanfaat pada umat manusia. Juga menjadi penerang pada kegelapan hati para umat manusia. Atheist atau theist tetaplah manusia. Dan kemanusiaan adalah nilai pengikat keduanya.

No comments:

Post a Comment