Wednesday, June 19, 2019
Rasa Diri RAHSA
RASA-DIRI ITU BEDA DENGAN RASA-HATI
* (RASA DIRI ADALAH SELUBUNGNYA JIWA)
Kekuasaan Tuhan yang telah meliputi seluruh alam semesta, di antaranya pribadi saudara sekalian, telah mengontak jiwa saudara sekalian. Dan kontakkan yang telah saudara terima dari Kekuasaan Tuhan, membangkitkan selubungnya; selubungnya ialah ‘RASA-DIRI’ saudara sekalian, seluruh rasa-diri saudara sekalian. (YM Bapak, AS N 154 / H 58, Wolfsburg-Jerman, 21-06-1975).
* (LATIHAN KEJIWAAN ITU YANG MERASAKAN ADALAH KEBANGKITAN “RASA DIRI”)
Latihan Kejiwaan Subud itu yang benar-benar merasakan kebangkitan adalah daripada RASA DIRI saudara yang telah lama tertekan, telah lama diperalat, telah lama diperdaya oleh nafsu yang bersarang dalam hati & akal pikiran. Biasanya saudara-saudara sekalian, yang menerima penuturan itu akal pikiran, sebagai biasa, mulai daripada dahulu kala, selalu memberi nasihat yang demikian-demikian itu semuanya yang menerima akal pikiran & hatinya. Sedangkan yang ada dalam akal pikiran manusia itulah nafsu. Jadi yang terang yang menerima nafsu, bukan rasa-diri saudara yang bersih daripada pengaruh nafsu. (YM Bapak, AS N 102 / H 578, Hamburg – Jerman, 18-09-1983).
* (YANG PATUT DITURUT ITU “RASA DIRI”, BUKAN “RASA HATI”)
Dari Latihan Kejiwaan maka saudara akan mengenal hidupnya rasa-diri. Jadi terang saudara sekalian, bahwa yang patut dan yang sungguh-sungguh benar saudara turut, itu RASA DIRI, bukan RASA HATI. (YM Bapak, AS N 102 / H 579, Hamburg-Jerman, 18-09-1983).
* (YANG DIPERLUKAN ITU HIDUPNYA RASA DIRI ATAU “RAHSA”)
Saudara-saudara, yang diperlukan bagi saudara itu hidupnya rasa-diri, yang dikatakan ‘RAHSA’. Meskipun saudara masih utuh mempunyai tangan, saudara masih utuh mempunyai kaki, masih utuh mempunyai telinga, mulut, hidung dan lain-lainnya, kalau itu tidak ada rahsa di dalamnya, tidak ada gunanya. Ini rahsa saudara, ini yang perlu kita hidupkan, ini yang perlu kita pahamkan. Bakti kepada Tuhan dengan rahsa itu. (YM Bapak, AS N 159 / H 21, Cilandak, 06-04-1965).
* (CARA MEMAHAMI TUHAN ITU DENGAN “RAHSA”)
Jadi terangnya saudara, Tuhan itu dapat saudara insafi, dapat saudara pahami, bukan hanya percaya saja! Dapat saudara pahami, dapat saudara insafi. Tapi caranya menginsafi dan memahami sudah tentu lain. Cara memahami dan menginsafi Tuhan selama saudara hidup di dunia, yaitu dengan rasa-perasaan, yaitu ‘RAHSA’. (YM Bapak, AS N 174 / H 8, Cilandak 21-10-1973).
===============
Ijin share:
Menurut ceramah Bapak di atas berarti RASAHATI itu berbeda dengan RASADIRI.
Kalau RASAHATI berarti rasa yang hanya di hati saja.
Sedang kalau RASADIRI berarti rasa yang ada di seluruh diri, baik diri yang bersifat badan kasar (lahiriah) maupun diri yang bersifat badan halus (batiniah). Contoh kalau kita sedang melakukan LKS yang dibangkitkan adalah RASADIRI (RAHSA). Dan bangkitnya RASADIRI tsb bisa di badan kasar, spt di kaki, di tangan, di badan, di kepala dsb; juga bisa di badan halus, spt di otak, di hati, di pancaindera dsb.
Dengan demikian kiranya kita dapat menarik kesimpulan, bahwa kalau RASADIRI itu selubungnya JIWA, kalau RASAHATI itu selubungnya NAFSU. #
Subscribe to:
Posts (Atom)