"Kalau Bapak terangkan: Rasa diri kita dapat dipengaruhi oleh benda atau daya kebendaan--yang dikatakan roh atau daya hidup raiwaniah--karena pikiran dan hati dan nafsu kita memikirkan, memperhatikan barang-barang itu. Demikian juga halnya dengan daya hidup atau roh tumbuh-tumbuhan--yang dikatakan nabati--mempengaruhi ke rasa diri kita, karena kita memperhatikan, memikirkan bagaimana keadaan tumbuh-tumbuhan itu, dan bagaimana keadaan makanan, tumbuh-tumbuhan itu untuk dimakan kita. Juga pada daya hidup hewaniah. Apa sebab daya hewaniah itu mempengaruhi rasa diri kita atau mempengaruhi kita? Karena kita memperhatikan, memikirkan hewan itu dan juga kita memakan daging-daging hewan itu.
Dan kepada roh atau daya hidup jasmaniah, ialah daya hidup orang itu, apa sebab mempengaruhi rasa diri kita? Karena kita bergaul dengan sesama hidupnya, bergaul dengan sesama manusia, juga berkawin, bersetubuh. Meskipun bergaul, berkumpul itu hanya mendengarkan suaranya, hanya melihat wujudnya, hanya mencium baunya atau merasakan apa-apa dari orang lain, tetapi itu sudah mempengaruhi rasa diri kita, sehingga dengan sendirinya memikirkan, memperhatikan kepada sesama orang itu. Itulah, yang Bapak telah katakan tadi, bahwa daya-daya dimulai dari daya benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasmani, orang masih dalam lingkungan nafsu, hati dan akal fikiran kita."
~Cuplikan ceramah Bapak di Calcutta, India, 28 Maret 1960--60 CCU 1 <3